Jumat, 29 Juli 2016

Patatas dan Campada (Episode terakhir)

Pagi itu, suasana kota begitu cerah. Eyang matahari yang telah lanjut usia tetap sibuk untuk menerangi dunia ini. Anak-anak awan yang polos  hatinya ; berlarian mengikuti arah mata angin. Burung-burung berkicau di atas pohon cemara, dan sesekali mereka mengejek para kucing yang hobinya mencuri tulang-belulang ikan cakalang. Ayam-ayam berjejer di luar kandang, sambil menantikan waktu eksekusi mati mereka. Apakah ayam-ayam ini terjaring dalam kelompok ayam-ayam pengedar narkotika? Ataukah mereka hanya sekedar penikmat mata pelajaran matematika? Sesungguhnya hanya para peternak yang tahu. hanya para peternak yang tahu…
Di sebuah gubuk sederhana, di wilayah Karang Panjang Ambon, hiduplah seorang muda bersama keluarga kecilnya. Pemuda ini adalah penulis tentang cerita patatas dan campada. Badanya langsing, dilingkari otot kawat dan tulang besi. Rambutnya panjang, dan dipelihara hingga pendek dan tebal. Kulitnya sawo matang, dan siap untuk dihidangkan bersama telur dadar. Tingginya tidak lebih dari sepuluh meter. Pendeknya tidak kurang dari dua kilo meter. Menurut penuturan di atas nyatalah bahwa di adalah seorang manusia yang lugu dan taat beragama.
Sebuah meja bambu kecil adalah tempat penulis melepaskan semua tekanan yang ia pikirkan. Buku putih bergaris yang dipenuhi dengan gambar-gambar abstrack, adalah bukti dari setiap tulisanya.
Lalu, dari manakah kita akan mengakhiri cerita ini? Tentu saja dari paragraph selanjutnya…”S.E.L.A.M.A.T M.E.M.B.A.C.A”
Campada menghubungi patatas satu hari sebelum hari ulang tahunya. Ia ingin  patatas  membantunya mempersiapkan segala sesuatu yang telah ia rencanakan. Dan percakapan dari telepong genggam pun terjadi …
Campada  : “Selamat pagi Patatas”
Patatas :”Selamat Malam Campada”
Campada  : “Boleh minta tolong?”
Patatas : “ia silahkan”
Campada : “Begini tas ; besok-kan hari ulang tahunku. Aku hendak merayakannya di panti
    asuhan. Disana ada sebuah pianika lama yang jarang dipergunakan. Maukah
                              kamu datang dan meniupnya untuk mengiringi acara ulang tahunku?
Patatas : “bisa bengkak babi nantinya bila aku meniupnya”
Campada : “nanti aku bawakan dokter spesialis bengkak babi, biar kamu segera diobati”
Patatas : “honornya”?
Campada : “Cintaku sudah cukup untuk membayarnya”
Patatas : “Mau belanja di toko dan supermarket pakai Cinta?”
Campada : “Ia pakai… cinta,,, biar ditampar…hahahahahahaha”
Patatas : “lagu-lagu untuk acaranya apa-apa saja?”
Campada : “nanti aku hubungi temanku dulu. Dia pengatur sound-system sekaligus
     Pemandu wisata. Tapi tas, sibukkah kamu hari ini?
Patatas : “Tidak..tidak…sibuk, mengapa”?
Campada : “datanglah hari ini, dan chek-up dulu kondisi pianikanya, sekaligus temani aku
     mendekorasi ruangannya untuk besok hari?”
Patatas : “baiklah, nanti hubungi aku saja bila hendak ke panti asuhan”
Campada : “Terima kasih”
Patatas : “sama-sama”
Lega rasanya hati campada, karena patatas bisa selalu ada untuknya. Patatas memang ubi jalar yang baik. Walaupun diduga berasal dari benua Amerika, namun patatas tak pernah memilih untuk siapa dia harus menyebarkan kebaikannya.
Tepat jam tujuh malam, patatas keluar dari rumah. Dengan segera, dikendarainya unta kesayangan yang selalu ia gunakan kemana-mana. Untanya dihadiahkan oleh saudaranya yang sedang belibur di Arab Saudi. Untuk dapat bertahan hidup, si unta diberi bensin, oli mesin, dan oli gardan (transmisi). Sesekali jika bosan dengan makanan pokok, si unta diberi nasi kuning dan es teh manis. Kalau patatas belum gajian, pastilah hanya diberi sagu merah dan kacang bawang.
  Patatas tiba di panti depan panti asuhan, dan segera menelepon campada…
“nona di ruangan mana? aku sudah di depan panti sekarang” kata patatas.
“tunggu sebentar”. campada lalu keluar dari salah satu ruangan dan menemui patatas.
Belum berkata apa-apa, patatas lalu mengeluarkan sebuah hadiah kecil dari dalam saku sweaternya, dan memberikannya kepada campada.
“Besok-kan ulang tahunmu, lebih baik aku berikan hadiah ini kepadamu lebih dulu sebelum basi. Selamat ulang tahun campada, semoga menjadi nenek sihir yang cantik dan takut akan Tuhan”.
Apakah anda ingin tahu apa isi kado patatas kepada campada?
Tanyakan saja kepada campada…semoga dia dapat memberitahukannya.
  “terima kasih tas, mari masuk dulu ke ruangan. (Sambil menunjukan lokasi proyek dekorasi ruangan ultah)
“nanti saja baru aku masuk, aku ingin melihat-lihat dulu”. Patatas mencoba cuek.
“Kamu tahu tempat jual double tip” tanya campada.
“Ia, aku tahu. tempatnya tidak jauh dari sini”. Kata Patatas.
“temani aku membeli double tip, aku lupa membawanya dari rumah. Kata campada sambil memohon.
“Berikan uangnya saja, nanti aku yang membelinya”.
Campada lalu membuka celengan kesayangannya dan memberikan selembar daun kelor pecahan lima puluh ribu rupiah.
“ini hasil tabunganku selama setahun ; jangan coba-coba korupsi sepeserpun. Aku tak melihat, tetapi mata Tuhan ada dimana” (campada memberi wangsiat)
Segerahlah patatas pergi untuk membeli double tip yang diperlukan untuk mengelem atribut ulang tahun campada.
Setelah patatas membeli double tip, ia lalu menemui campada di ruangan dekorasi.
Patatas tak menyangka bahwa awal dari kehancuran cintanya dimulai dari tempat itu.
Patatas mengetok pintu, dan campada membukanya. Ketika ia masuk sambil memandangi berbagai atribut yang sementara dipasang ; diputarnya batang lehernya ke bagian belakang ruangan. Astaga naga. Naga ber-astaga. Ada sukung di situ. sukung dan dua teman campada. Asam garam apalagi yang harus aku telan. Mengapa? Mengapa?
“aku harus professional” (patatas berbisik dalam hatinya)… hampir-hampir rebahlah dirinya melihat sukung. Akan tetapi patatas harus tegak berdiri. Kaki kiri dan kananya menjadi gemetar. Jika tidak berkuat doa, pastilah air kencing sudah membasahi celananya.
Bagi yang belum paham mari saya jelaskan.
Sukung adalah kawan Patatas di bangku pendidikan, namun sukung merupakan lawannya dalam bangku percintaan. Ancungkan tangan ke atas bila belum mengerti.
Campada menunjukan pianika listrik untuk dimainkan oleh patatas. Karena patatas paham akan kondisi yang sedang terjadi, maka ia memainkan lagu-lagu yang slow bercampur Rnb.
“Ini pianika yang bagus” (patatas berbicara kepada dirinya sendiri).
Beberapa saat kemudian Campada pergi dengan sukung, lalu ditinggalkannya Patatas bersama dua teman campada itu. Salah satu wanita dari teman campada, adalah teman Smp patatas dulu, namanya terang bulang (nama dan suara disamarkan). Yang satunya lagi adalah teman kuliah campada; namanya pisang gepe (nama dan suara dimanipulasikan).
Paras dari terang bulan tidaklah berubah sampai sekarang. Yang membedakan hanya, terang bulan telah memakai properti kaca mata saja. Soal rasa, tidaklah berbeda jauh. masih seperti dulu ; rasa cokelat kacang, dan susu kental manis. Harganya tetap stabil, mulai dari dua puluh ribu – hingga puluh-puluh ribu.
Tentang pisang gepe, patatas tidaklah tahu. yang nampak di depan mata, hanya tinggi tubuhnya. Putih kulitnya, dan sipit matanya. Soal rasa dan harga, patatas harus lebih banyak membaca pada buku resep aneka gorengan nusantara.
Sambil memainkan pianika dengan kesepuluh jari ; patatas membuka pembicaraan dengan kedua wanita tersebut, untuk menetralisir salah paham yang sedang meracuni otaknya.
Sekembalinya campada dengan sukung, maka patatas pun mengakhiri permainan pianikanya. Menurut patatas ; pianika ini sudah memiliki standar simphoni nada-nada yang cukup untuk acara ulang tahun campada di hari esok. Patatas ingin pulang, tetapi kedua kaki seksinya diborgol sampai dekorasi ruangan selesai.
Setelah ruangan di dekorasi dengan begitu megah ; maka kelima gorengan itu melangkah pulang. Ditempat parkir hanya ada dua motor, sedangkan ada tiga penumpang wanita. Patatas dan sukung bersepakat untuk menggonceng siapa lebih dulu ke pangkalan ojek terdekat. Namun bila dipikir lebih jauh, pasti ada satu penumpang yang tertinggal. Memang lokasi panti asuhan adalah lokasi yang jarang dilalui oleh kendaraan. Jalannya sunyi, dan gelap. Kalau Pak Supir dari campada tidak pulang, pastilah mereka bertiga sudah aman di dalam mobil.
Akhirnya sukung membonceng terang bulan, dan pisang gepe(bodu). Patatas membonceng campada(bosa).
Sekilas informasi tentang bonceng - membonceng adalah sebagai berikut :
-Bosa (bonceng satu) : satu pengendara - satu penumpang
-Bodu (Bonceng dua)   : satu pengendara -  dua penumpang
-Boti  (Bonceng tiga)   : satu pengendara -  tiga penumpang
-Boma (Bonceng semua)  : satu pengendara -  sejuta penumpang.
Belum seperdua jalan, tiba-tiba seorang pengendara motor pun lewat. Dan kami memberhentikannya. Pengendara motor itu (tukang ojek) memboceng pisang gepe. Lalu terang bulan yang dibonceng sukung pun meminta untuk bertukar tempat. Terang bulang ingin dibonceng oleh patatas, kemudian Ia meminta sukung yang membonceng campada. Entah drama adu penalti apa yang telah dirancang oleh terang bulan. Patatas belum diberitahu…
Tiga motor - tiga penumpang melaju perlahan ke tempat tujuan ; ditiupkan angin malam yang menusuk cela-cela ketiak.
In the middle of the trip (di tengah perjalanan) terang bulan membuka tabir rahasia yang telah difirasatkan oleh patatas.
“Nyong patatas, kamu tahu mengapa saya harus meminta untuk dibonceng olehmu,  bukan sukun?” tanya terang bulan
“Mengapa tebu  (terang bulan)???’’ balas patatas.
“Saya merasa tidak enak…campada-kan pacarnya sukung. Biarkan mereka berbonceng bersama saja.”
“benarkah?” Tanya patatas lagi…
Lalu terang bulanpun bercerita kepada patatas, tentang hubungan campada dengan sukung .
Maka sadarlah patatas bahwa memendam tanpa mengatakan adalah perih.
Maka sadarlah patatas bahwa menyatakan cinta tanpa membalas cinta adalah peluru yang mematikan mental.
Kemudian mereka mengganti topik pembicaraan lain, tetapi pikiran patatas hanya tertuju pada hal yang menyakitinya itu. Hampir-hampir patatas menabrak dua puluh dua ekor semut yang sedang menyebrang. Hampir. Dan hampir.
Bertanyalah patatas dalam hati kecilnya…
Mengapa campada tak pernah mengatakan yang sejujurnya?
Bagaimana mungkin Patatas tidak percaya kepada terang bulan. Terang bulan adalah teman terbaik campada, yang juga adalah teman smp patatas…
Akhirnya kami ber-enam tiba di halte bis utama. Masing-masing penumpang yang dibonceng turun, dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.
Sesampainya dirumah, patatas lalu menulis puisi demikian ;

Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal berkata jujur.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengatakan kebenaran.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengungkap fakta.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu masih ingin bersandiwara..
Lantas siapa yang harus kutangisi kembali? Kau? Ataukah Cinta?
Mengapa menista dengan tatapan?
Mengapa menista dengan senyuman?
Mengapa menista dengan tawa?
Sehingga hukuman cinta harus kudapat...
Maka aku harus memutuskan untuk tidak tenggelam dalam lautan asmara yang begitu luas dan mengerikan...

Keesokan harinya, patatas pergi mengiringi acara ulang tahunnya campada yang di selenggarakan di panti asuhan itu. Dilihatnya lagi sukung yang adalah kawan pendidikannya datang.  Acaranya dimulai dengan puji-pujian, Khotbah singkat, kemudian upacara meniup lilin ulang tahun yang  telah dihias diatas potongan kue campada.
Tak sepata katapun dikeluarkan patatas, selain tersenyum dan memandang kearah muda-mudi cilik yang telah kehilangan ayah dan ibu mereka.
Anak-anak yatim dan piatu ini saja masih  bisa tertawa. Masih bisa  bergembira.
Masih ingin bahagia. Bagaimana dengan patatas yang hanya kehilangan orang yang tidak mencintainya? Bagaimana dengan patatas yang hanya kehilangan orang yang tidak menginginkannya?

Tamat...

Kamis, 28 Juli 2016

Hukuman Cinta

Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal berkata jujur.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengatakan kebenaran.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengungkap fakta.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu masih ingin bersandiwara..

Lantas siapa yang harus kutangisi kembali? Kau? Ataukah Cinta?

Mengapa menista dengan tatapan?
Mengapa menista dengan senyuman?
Mengapa menista dengan tawa?

Sehingga hukuman cinta harus kudapat...

Maka aku harus memutuskan untuk tidak tenggelam dalam lautan asmara yang begitu luas dan mengerikan...

Feliks Savero Pattinama

Rabu, 27 Juli 2016

Beri aku waktu

Beri aku waktu untuk dapat mencintaimu...
Beri aku waktu untuk dapat menghargaimu...
Beri aku waktu untuk dapat tertawa denganmu...
Beri aku waktu untuk dapat memaafkanmu...
Beri aku waktu untuk dapat melepaskanmu...
Beri aku waktu untuk dapat mengampunimu...
Beri aku waktu...
Beri aku waktu...
Sungguh aku cinta ; namun tidak pernah mengungkap...
Sungguh aku cinta ; namun kamu memilih yang lain...
Sungguh aku cinta ; namun aku egois...
Sungguh aku cinta ; namun kamu egois...
Maka beri aku waktu...
Beri aku waktu...
Feliks Savero Pattinama

Aku harus bertanya

Aku...
Ini Aku Tuhan...
Seorang pria...
Seorang muda...
Aku harus bertanya kepadaMu...
Karena Engkau mengenal aku, dan Engkau merancang aku bersama bumi ini. Sebab Engkau yang membangun tulang bersama dagingku, lalu Engkau hembuskan nafasMu kepadaku. Aku hidup. Aku bertumbuh. Aku jalani hidupku hingga detik ini. Engkaulah yang paling mengerti siapa aku. Bagaimanakah hari esok? Bagaimanakah masa yang akan datang? Sesungguhnya aku tidaklah tahu. Lebih baik aku meminta kepadaMu, daripada diam tanpa meminta. Lebih baik aku berbicara kepadaMu, daripada mendongeng ditelinga manusia. Kaulah harapan di saat semua orang meninggalkan aku. Kaulah penolongku disaat semua orang melupakan aku...

Untuk itu aku goreskan kata-kataku di ujung pena ini...

Feliks Savero Pattinama
27 April 2016
15:30 WIT

Catatan Kesuksesan untuk sahabat

Bangku-bangku kuliah yang dulunya penuh kini semakin berkurang. Semakin kosong dan akan sangat berdebu nantinya. Kebersamaan ini menjadi lebih berkurang. Semua karena kisah persahabatan yang berlabuh di kampus sudah menuju pada kenangan saja. Tersenyum, dan berhembus syukur perlahan-lahan. Tapak kaki masing-masing sepatu seketika lenyap karena perpindahan jenjang. Pintu masuk tidak ada lagi...inilah pintu keluar. Pintu ditendang. Bruukk,, bruuk, bruuk...Bebas; bebas dan terlepas. Pintu kehormatan yang ditandai perpindahan tali penentu akan ada bagi kalian di hari esok ; 21 April 2016.
Para penumpang Bio'fun:) sudah naik ke perahu lain. Anak-Anak muda yang hebat, dan bermental keras sudah tidak bermimpi lebih lama lagi.  Mimpi mereka telah dikabulkan Tuhan. Ingatlah selalu akan masa senang, dan masa susah yang pernah dijalani.
Dimanakah kalian nantinya lagi?
saya tidak akan tahu.
Dan saya bangga kepada kalian : Evi Fatimah,  Edvin louhenapessy, Farid Sukuora, Ivonila Kaluela, Juned Tahya, Nency Sitaniapessy, dan Ramly Patilouw...
yang lain, tetaplah melaju...
Ada hari lain yang sudah menanti...
Feliks Savero Pattinama

Adinda

Surat pertama Feliks,
untuk Dinda Hayati diatas birunya laut lepas.
#Latihan bertutur sastra
30 Oktober 2015
KM.G.D
09:02 WIT

Dengan semangat aku menuju lautmu...
Dengan panas berkibar aku pergi ke daratmu...
Sudah lama aku ingin menatap sepasang bola mata yang kelihatan samar di dalam lukisan yang aku buat. Lukisan tanpa garis dan warna dari tangan pemuda bungsu. Bukan sepasang bola mata yang aku taksir karena kecantikan. Atau bahkan paras tubuh yang sekedar dipuji bibir tak bertulang.
Ini karena jiwanya merindukan aku. Ini karena langkahku telah dipenjara bertahun lamanya. Berjuta hari aku harap dalam cahaya yang hampir padam. Tapi semua akan membuat sirna dahaga, saat tanganku menyentuh tangannya, mendekap getar jantung lunaknya, dan berucap kecintaan di telinga sepinya.
Siapa wanita yang begitu aku kasihi selagi muda ini? Kenapa dapat bermuara aman di dalam alir hidupku? Mengapa berani mengandung rasa lebih dari milyaran jam?

Wanita

Hallo langit kosong 27 November 2015 ; Aku ingin berteriak kepadamu, tentang gadis-gadis cantik di muka bumi ini... Gadis-gadis yang pernah dititip tanpa alasan yang beralasan. Gadis-gadis dilembah pengharan jiwa sang pemimpi diluar batas mimpi. Tentang gadis-gadis itu ; gadis berambut panjang, gadis tak berambut panjang. gadis berambut lurus, gadis tak berambut lurus.gadis berbadan langsing, gadis berbadan tak langsing. gadis berkacamata, gadis tak berkacamata.Gadis bermata sipit, gadis bermata besar. Gadis yang mencariku, gadis yang dicuriku. gadis yang kuhargai, gadis yang menghargaiku. Gadis yang mencintaiku, gadis yang dicintaiku. Gadis yang mengenal keluargaku, gadis yang memperkenalkan keluarganya. gadis yang pernah berpacaran, gadis yang belum berpacaran. Gadis yang merasa terhormat, gadis yang merasa sejajar. Gadis yang berwatak keras, gadis berwatak lunak. Gadis yang berpura-pura, gadis yang punya keseriusan. Gadis yang menaruh perhatian, gadis yang mengabaikan perhatian. Gadis yang lucu, gadis yang belum melucu. Gadis yang menyimpan rasa, gadis yang mengumbar rasa. Gadis yang memainkan mata, gadis yang takut memainkan mata. Gadis yang berjumpa lewat kenyataan, gadis yang berjumpa lewat khayalan. Gadis yang terlalu memilih, gadis yang berani mengambil resiko. GADIS YANG TAKUT AKAN TUHAN, gadis yang masih menggila di dalam dunia. Jadi siapa gadis itu ?
Ku kira Tuhan akan memberi yang terbaik 󾌲

Feliks Savero Pattinama

Wisudawan Bio'Fun 2010

3 ranting jarum jam terus aktif bergerak (tik...tik...tik), dan 24 jam dari sekarang adalah tanggal 17 Desember 2015. Masih 1 sinar matahari : Masih 1 sinar bulan berkawan bintang lagi. Di hari itu ; hari esok yang cerah dan penuh sukacita, 22 anak manusia (Bio'fun 2010) akan menerima hasil dan jabatan baru dari jerih juang mereka selama ini. Angin sesak, kini mendahaga. Jiwa lelah, kini tersurut kepuasan raga. Cemas dan putus asa kini hilang bagai aksi sulap sang magician. Di hari itu, hari Esok ; kalian akan duduk manis seperti bunga mawar dan pohon apel, diantara tunas dewasa lainnya. Satu jenis pakaian kalian kenakan. Ada Pak Toga, Ibu Topi, anak-anak kain kotak yang penuh warna identitas dan piagam penghormatan jadi satu atribut untuk pesta kemenangan. Ingin rasanya meloncat setinggi-tingginya, karena kegirangan. Ingin rasanya menyelam sedalam-dalamnya, karena roh di penuhi sorak-sorai. Ini semua karena TUHAN. Semua karena DIA. sembahlah, pujilah DIA.

Dan kemudian di ruang itu,  nama kalian akan di panggil satu demi satu. Kalian melangkah perlahan di atas panggung penghormatan. Kalian mulai berdiri di depan orang-orang terhormat. Kalian mulai berjabat tangan dengan para pengajar yang cerdas dan bijaksana ; lalu diserahkanlah satu map dan satu buku keanangan. Dan kalian tidak akan melupakan satu moment indah ini ; dimana kalian menunduk sejenak dengan rasa bangga, dan dengan rasa syukur, lalu tali penentu dipindahkan untuk meng-SAH-kan siapa, dan apa gelar kalian. Tali dengan tugas yang sama juga memberi nama lain bagi kalian, yaitu Alumni atau bukan mahasiswa lagi.

Saya Feliks Savero Pattinama ; berucap selamat wisuda dari jauh untuk kalian. 2 tangan kurus saya tak mampu merangkul luapan kesenangan kalian. 1 Pasang mata sayu saya sangat berjarak untuk menatap sedikit sedih dan banyak kebahagiaan di mata kalian. Namun doa sederhana tak pernah lupa diucapkan bagi kalian dan bagi the next wisudawan Bio'fun 2010 selanjutnya...

Saya sedih, saya bahagia...
I Love You All

Aku rindu kalian

Aku rindu kalian... rindu kalian PATTINAMA-UNEPUTTY. Rindu yang selalu membuat damai disetiap pagi. Aku rindu masa kanak-kanak kita. Opa Oma masih gagah dan cantik ; Papa Mama, Om Tante,  tertawa terbahak-bahak didepan teras rumah. Kita anak-anak berlari sana sini saling berburu kepolosan. Menyenangkan sekali masa lalu itu. Jarak pandang kita juga belum seluas sekarang ini. Kala itu kita main air laut, dan bersiram-siraman pasir putih pantai. Kala itu kita duduk semeja makan,  saling gesek-gesek sikut ; yang penting kita dengar cerita dan didikan orang-orang tua. Aku rindu kalian... rindu kalian PATTINAMA-UNEPUTTY. Akupun jadi gelisah bila belum bertanya kabar. Yang masuk dalam pikiranku setiap kali adalah ; kita dapat bertemu kembali, untuk menelan sepiring papeda, bercampur warna-warni  kuah sayur, dan panggal-panggal ikan kecil di atas meja dapur.

Aku rindu kalian... rindu kalian PATTINAMA-UNEPUTTY, bila saat ini kita tidak satu darat, satu laut. Kita akan selalu punya hati kecil yang masih cinta saudara. Tuhan Yesus memberkati.

Feliks Pattinama-Uneputty 󾌵

Siapakah saya

Selama Engkau mempercayakan...
Selama Engkau memberi kesempatan dan kekuatan ; maka saya seorang muda ini, akan terus melakukannya untukMu Tuhan.

Karena siapakah saya tidaklah penting... Dan apa yang bisa saya lakukan nantinya adalah jauh lebih penting.

Terima Kasih Tuhan Yesus 󾌵...
Saya berbahagia memilikiMu...

Goresan tinta untuk Tuhan
17 April 2016...
Feliks Savero Pattinama

Rindu kepada Tuhan

Benar bahwa aku tidak dapat melihatMu dengan kedua mata manusiawiku saat ini, namun imanku sudah cukup untuk meraskannya dari hari ke hari. Aku hanyalah seorang pemuda yang selalu rindu kepadaMu. Selalu rindu setiap waktu...

Selamat Malam Tuhan Yesus...
Salam sayang dan cinta dari Feliks Savero Pattinama...

Catatan untuk Cinta Sejatiku di surga...
21Juni 2016..

Akulah

Terbang melayang itu aku...
Akulah anggota angin yang ada di ujung padi. Dan untuk apa aku berada disitu? Untuk itu aku bertanya...
Akulah bayangan ini...
Bayangan yang hilang kala ombak menghantam. Acap kali aku berjabat tangan dengan cinta. Acap kali aku melupa cinta. Acap kali aku menyimpan. Acap kali aku ingin mengungkap. Acap kali aku merasa bimbang dengan nada lama, dan nada baru yang langit hadirkan.
Akulah hitam...
Hitam tak bermahkota...
Karena aku bukanlah raja yang duduk di tahta lalu memerintah...
Akulah putra...
Putra yang selalu mengarang untuk hari esok. Sebab air ini adalah air pengganti air mata seorang atau dua orang...
Akulah muda...
Muda yang digenggam Tuhan...
Karena badan dan nyawa milikNya. Sebab itu aku bekerja untukNya...
Bukan untuk dunia yang tak lama lagi berhenti bernafas dan tenggelam bersama kapal tua...
Feliks Savero Pattinama...

Selasa, 26 Juli 2016

Patatas dan Campada (Episode 4)

12 hari kemudian patatas menemani kakeknya untuk mengambil uang pensiun di bank. Kakeknya masuk dan mengambil jatah untuk masa tua, dan patatas menunggu di luar sambil membaca buku panduan menangkap pokemon. Seorang pria bertubuh tegak seperti beton, dengan sepatu kaca datang dan menghampiri patatas.
Satpam  : “Kamu…Kamu pencuri kan?”
Patatas  : “Saya bukan pencuri pak…. saya patatas”.
Satpam : “Beberapa minggu  lalu, seorang wanita sebayamu datang sambil menangis   
   termehek-mehek. Ia melaporkan bahwa ada pencurian. Setelah penyelidikan ,
   ternyata tidak ada pencurian barang, tetapi pencurian perasaan”. 
Patatas  : “mencuri perasaan???”
Satpam : “Jangan terlalu banyak bertanya. surat ini yang akan menjelaskannya. Bacalah  
                               dari pendahuluan sampai daftar pustaka. Jika tidak paham lambaikan tangan ke    
                               kamera”
Pak Satpam segera pergi, dan patatas membuka surat yang tertulis oleh tinta pena faster di atas kertas double folio itu.
Kepada Yth (yang terhangat)
Nyong Patatas
di-
tempat.
  Syallom !! Atas ijin Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menuliskan surat ini kepadamu. Saya harap kamu baik-baik saja. Saya tidak tahu kamu sedang berada dimana, patatas. Jika di kalijodo, maka segerahlah pulang. Jangan ikut campur urusan yang bukan urusanmu. Urus saja aku disini yang memerlukanmu. Jika di turki, semoga tujuannya untuk berlibur ; bukan menjadi anggotta SISI. hari itu, saya sedang ingin mengambil uang di ATM, namun saya terkejut melihat foto saya terlampir dengan rapi diatas lantai marmer. Lalu saya segera melaporkannya kepada satpam. Ia membantu saya dengan memutar video rekaman CCTV untuk mencari tahu pelaku yang menjatuhkan foto saya. Maka heranlah saya, bahwa ternyata kamulah yang menjatuhkan foto saya. Kemudian saya mengerti kamu tak hanya sayang kepada saya, namun juga kepada foto saya. Sejujurnya saya sangat merindukanmu. Apalagi sejak kejadian pertengkaran kita di pantai kute bali itu .kita berpisah satu dengan yang lain. Kamu ke sabang. Saya ke merauke.
  Patatas yang ter-aniaya… Saya sudah membaca tulisanmu di facebook tentang kita ((Campada dan patatas)). Saya tertawa terbahak bahak. Saya tahu karena rindu, makanya kamu membuat tulisan itu untuk diketahui oleh banyak orang.  Namun saya ingin bertemu denganmu. Bertatap muka. Dan saling bertukar benda-benda pusaka.
  Saya mengenal adam-adam lain, namun kamu berbeda dengan mereka.kamu sungguh sangat baik. Mereka membuat saya tertawa, tetapi kamu membuat saya nyaman. Ingatalah, nyaman tidaklah mudah didapati. Mencari pria sepertimu sama seperti mencari udang di balik batu. Mencari pria sepertimu sama seperti mencari hiu di dalam perut puri. Mencari pria sepertimu sama seperti mencari kunang-kunang di dalam sinar matahari. sekali lagi kukatakan tidak mudah. Tentang hati, biarkanlah hari-hari yang menceritkannya. Kamu akan tahu sendiri apa maksud dari semua ini. Saya juga ingin berterima kasih kepada bapak satpam yang telah membimbing saya dalam membuat skripsi ini.
  Ini kisah cinta yang tidak masuk akal. Meskipun kita adalah teman, namun tidak ada alasan untuk tidak saling menyukai. Meskipun sudah berteman, jangan terburu-buru untuk cepat menikah. Saya tak ingin menulis surat ini terlalu panjang. Karena surat ini memiliki batas. Namun rasa saya tidak terbatas untuk dituliskan. Cepatlah kembali, lalu kita rusaki segala sesuatu yang sedang baik-baik ini.
  Jagalah kesehatanmu. Makanlah makanan empat sehat, dan lima lebih sehat. Jangan begadang di malam hari. Bedaganglah di pagi hari saja. Bacalah Alkitab. Itulah penuntun hidupmu. Jika ada wanita lain yang lebih cantik daripada saya, maka pejamkanlah matamu dan ingatlah saya. Jangalah mau mengotori hubungan yang belum seumur padi ini. Ingatalah semua pesan dan nasihat saya sampai kita bertemu kelak. Saya rindu. Saya cinta Cuma pa ngana, Patatas.
  Sebelum mengakhiri surat ini, ijinkanlah saya melampirkan nomor handphone saya sebagai bukti kerinduan saya kepadamu (081234567890). Segera hubungi, dan marilah bertemu. Tinggalkanlah masa lalu, dan hiduplah dengan sandiwara cinta ini.
Dari : Nona Campada…

  Setelah selesai membaca tulisan tangan campada, berdebar-debarlah usus patatas. Ia tak mengira bahwa wanita itu bisa menulis indah seperti seorang anak di sekolah dasar. Sambil menunggu kakeknya, patatas lalu menghubungi campada.
Patatas   :”Hallo Campada”
Campada :”Patatas…kamukah itu?”
Patatas   :”Ia,,, ini saya...kamu dimana?…saya merindukanmu…cepatlah bertemu…”
Campada :”kamu sudah baca tulisan saya?
Patatas   :”Ia, Pak satpam telah memberikannya”
Campada : “Syukurlah…setelah perbincangan ini, ucapakan terima kasih kepadanya. Apa kabarmu? Sehatkah kamu? Bagaimana hari-harimu selama ini?
Patatas   : “Puji Tuhan, saya baik sekali… lalu bagaimana denganmu?
Campada : ”keadaan saya sungguh baik… tetapi sekarang kita tidaklah se-kota lagi.
Patatas   : “Lantas kamu di mana?”
Campada : “Saya tak bisa memberitahukannya dulu kepadamu.
                               Menantilah selama beberapa bulan ini, Tas. Berjanjilah kamu akan menanti?”
Patatas ingin menjawab keresahan hati campada, tetapi percakapan itu tiba-tiba harus berakhir karena baterai handphone patatas telah habis daya hidupnya. “Nanti saja… nanti kalau  sudah dirumah”(pikir patatas dalam hati)…
   Selang beberapa saat, kakek patatas keluar dari bank dengan setumpuk uang pensiun. “sudah kek” Tanya patatas. “Sudah cu”. Jawab kakek dengan senyum kegembiraan. Patatas lantas menerbangkan kakeknya kembali dengan helikopter kerumah tua mereka di karang panjang.
Sesampainya di rumah dengan sehat sentosa, segera dicarinya charger handphone untuk melakukan pengisian pulsa yang sudah nol persen (0%) itu. Patatas lalu menghubungi campada dan mereka berbicara begitu lamanya. Mereka sudah menyusun segala kerangka pemikiran untuk menjawab permasalah cinta yang mereka hadapi. Terlihatlah wajah patatas sungguh sangat berseri-seri.
Pucuk-pucuk daun mulai bangkit dan berperang melawan hama kesalah-pahaman.
Virus kekesalan yang menguasai hati dan pikiran, kini dihancurkan oleh enzim kerendahan hati untuk saling memaafkan.
Vitamin Cinta yang didaur ulang, telah siap menguatkan hari-hari baru sebelum sang mempelai wanita datang.
Beberapa bulan terlewati, sampai hari kedatangan campada pun tiba. Mereka berdua menyetujui untuk tidak bertemu di tempat parkir urimeseng, karena tempatnya terlalu ramai.
Sebenarnya ada suatu tempat yang sudah patatas siapkan. Menurutnya tempat ini pantas untuk diketahui oleh campada.
  Singkat cerita… Patatas bertemu dengan campada. Maka bertambah-tambalah kesenangan mereka. Segala harapan yang hampir putus kini terjalin lagi. Api kecemburuan dipadamkan seketika oleh petugas pemadam kebakaran yang sedang berdinas. sesekali patatas membiarkan campada berpose dan ia mengabadikannya dengan kamera sederhananya.
  Di tempat kudus yang mereka datangi, campada memanjatkan doanya; entah tentang apa, hanya TUHAN yang tahu. patatas-pun melakukan hal yang sama. Ia berlutut dan menaikan doa.
“ini tempat yang sungguh indah, tas” campada memuji. 
“benar sekali nona… jika kita cinta TUHAN, maka kita cinta tempat-NYA. Jika kita ingin suatu 
  hubungan bertahan dalam tekanan, maka doakanlah hubungan itu”.
  Campada tak percaya dengan apa yang dilakukan patatas kepadanya. Patatas sungguh romantis. tidak romantis duniawi, namun romantis rohani.
  Selain membicarakan cinta,  dan kehidupan, mereka juga berbicara tentang  kasih TUHAN. Jatulah air mata campada seperti biasa. Mungkin inilah musim yang sering mendatangi campada. Musim menangis sambil mengeluarkan ingus. Melihat campada menangis sambil mengeluarkan ingus itu biasa. Namun melihat campada membersihkan ingus dengan ujung lengan baju itu luar biasa.
Setelah berkasih-kasihan, maka perkara itu pun harus berakhir karena waktu. Campada harus dikembalikan ke penggorengan yang membutuhkan banyak minyak Bimoli, sebaliknya patatas harus kembali ke rumah sanak saudaranya. Mereka berjanji akan bertemu kembali dalam acara ulang tahunnya campada.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?

Mari kita biarkan Feliks(Patatas) mengarangnya lagi…

Jumat, 22 Juli 2016

PATATAS DAN CAMPADA (Episode 3)

Patatas mengakhiri semua perkataannya, dan menatap wajah campada. Ia ingin tahu apa isi ulu hatinya. Ia ingin tahu apa isi dompetnya, serta tunai ATM-nya. Campada menangis terus-menerus. Air matanya keluar deras seperti pompa air sanyo yang baru dipasang oleh si tukang ledeng. Tahi matanyapun ikut-ikutan bersorak. Patatas tak sampai hati melihat tangisan wanita cengeng itu.
Sebenarnya apa yang dia sembunyikan?
Kalau ada panu di lehernya, tidak masalah. Kan ada kalpanaks.
Kalau ada sariawan di bibirnya, tidak masalah. Kan ada Adem sari.
Flu, demam, sakit kepala? Ya… Mixagrip aja.
Harus ada kejelasan. Hati tak boleh dibohongi. Lebih baik menipu mata, dari pada menipu hati.
Dan patatas hanya ingin tahu…
“Who was Sukung/siapa itu sukung” (Bahasa inggris).
“dare ga sukung/siapa itu sukung ” (Bahasa jepang).
“Jasale yo sukun/siapa itu sukung” (Bahasa Nepal).
Sambil menarik-narik ingus, campada mencoba membuka mulutnya yang bergetar dan mulai berucap kata.
Campada : “Patatas,,, firasatmu begitu hebat. Dukun manakah yang kau pakai sehingga kau bisa 
           tahu tentang sukung”?
Patatas  : “nehi..nehi… untuk apa dukun? Tuhanku lebih hebat untuk memberitahukannya
    kepadaku”
Campada  : “Sukung hanyalah luka lama yang memilukan. Dia membuat anggaran hatiku membengkak.  Dan kau……kau selalu yang membayar pembengkakan itu dengan perihalmu yang begitu jujur…setiap kali ingin jatuh tempo, kau sudah siap antar jaga. Janur kuning tidak melekat pada ibu jari kakiku, lantas mengapa kau menjadi pengecut??? Satu lagi,,, kau mereka-reka tentang sukung, lalu kau pikir, aku tidak tahu kau sedang bersama lemon nipis???” Ha… (Campada menjadi kesal)
Patatas    : “Bagaimana kau tahu tentang lemon nipis??? Jin manakah 
         yang kau bayar? Bolekah minta pin BBnya?
Campada : “Patatas,… rasa… rasa… tak pernah berbohong. Mie sedap saja tahu. Apalagi  aku?          
          Kamu memang baik, tetapi kamu juga punya harta cinta yang sementara kamu
                      sembunyikan terhadapku, bukan?” 
Patatas    :  “Orang-orang dapat bertahan hidup karena cintettt. Dan jika cintettt sudah
          mengambil jalannya sendiri, maka apa yang harus aku lakukan? Mematuk beras 
                     setiap hari di beranda rumahnya? Burung di udara saja Tuhan jaga dan pelihara,
            apalagi aku yang sudah terluka ; pastilah Tuhan menolongku”.(Berbau rohani)
Berdasarkan percakapan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa :
A. Campada sedang ingin bersandiwara.
B. Campada sedang menikmati kenyamanan bersama patatas.
C. Campada dan patatas  adalah pemeran utama.

  Setelah pertengkaran itu, mereka tidak pernah berkomunikasi lagi. Entah lewat surat menyurat. Entah lewat media sosial, seperti: Pacebuuk, Macebuuk, twitter, Instagram, Instalasi, Whatsup, Line, BBM, BBS, dll, dsb, dst.  Si nona Campada merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Entah sandal jepit atau jepitan rambutnya, campada tak tahu apa-apa.  Dia merasa tidak bahagia sejak saat itu.  Pertengkaran yang berujung pada perpisahan itu membuatnya jarang makan. Dia ikut pelatihan yoga, dan senam pagi untuk menurunkan lemak-lemaknya. Campada mencoba melakukan aktivitasnya kembali dengan riang dan gembira, namun tetap saja ada yang mengganjal ban kehidupannya. Uang-uangnya dia hamburkan di celengan. Mulai dari Rp.100 –Rp.500.
   Hal yang sama terjadi dengan Patatas. Ia sudah tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan wanita jenis apapun. Jenis yang alim. Atau yang tak alim. Yang pulang tengah malam. Atau yang tak pulang-pulang. Semua wanita terlihat sama baginya. mereka berdua seperti kehilangan harapan. Padahal jika dipikir dan dikira, masalah ini tidaklah berat untuk dipikul. Mereka hanya tinggal mengatakan saja, bahwa… sebenarnya saya titik…titik…
Tetapi itulah kehidupan cinta… kadang cinta datang dari depan. Kadang cinta datang dari belakang.  Kadang dari samping. Kadang hinggap di jendela bersama burung kakak tua. 
 
  Tetapkanlah hatimu kawan. Jika cinta membuatmu tersiksa, lepaskanlah. Jika cinta membuatmu bahagia, nikahilah. Hari ini kamu mungkin tertawa denganya sampai lepas gigi, tapi besok belum tentu bisa lepas gigi lagi. Selagi masih bisa menjalin dengan wanita. Lakukanlah kebaikan. Beri dia semangat. Beri dia uang jajan. Pedulikan dia. Pedulikan keluarganya. Doakan dia. Doakanlah keberhasilannya. Belajarlah menghargai. Belajarlah menerima kehidupannya. Jika sudah terlanjut terluka, beri tetesan Betadine dan Aledine. Jika kamu sudah melakukan kebaikan, lalu kamu mendapatkan kehancuran, maka nikmatilah hari demi hari. Lihatlah bagaimana keberdosaanmu diterima TUHAN dengan kesabaranNya. Jika kamu sudah terlanjut melukai, jangan ulangi lagi untuk orang lain. Saat ini kamu aman, suatu saat kamu tidak akan nyaman.
   Beberapa tahun berlalu… Campada semakin cantik… Semakin putih setelah memakai handbody citra. Kinclong, dan halus. Rambutnya semakin wangi, dan sudah diberi ektrack kulit manggis. Campada semakin dicari oleh para pencinta gorengan. Patataspun semakin tampan, dengan sedikit kumis di bawah hidungnya. Patatas kini lebih berani bermain mata. Tetapi tidak bermain hati. Karena hati bukan mainan menurutnya.
Patatas sedang menarik uang dari ATM, dan cepat-cepat, ia segera pergi untuk menemui kliennya. Beberapa menit setelah patatas keluar dari ruangan ber-Ac itu… masuklah seorang wanita muda yang ingin melakukan transaksi simpan pinjam. Dilihatnya di lantai marmer, fotonya dulu sedang tergeletak kaku…diam…membisu
“Mengapa foto saya bisa ada disini? Lalu dimana ijazah dan skripsi saya?”…
  Campada menuju meja satpam, dan mengatakan adanya pencurian… setelah perbincangan terjadi, dia diijinkan untuk melihat rekaman CCTV. Dilihatnya dalam video itu, pada camera  canon 2b, seorang lelaki yang tak asing baginya menjatuhkan foto dari dompetnya. 
“Ini Pak pencurinya… ini dia… dia yang telah mencuri hatiku… Dia yang telah menyimpan fotoku dalam dompetnya. Aku rindu padanya… sungguh amat sangat… Campada melompat kegirangan, hingga kepalanya terbentur loteng berulang kali. Kepalanya tidak terasa sakit, lebih daripada kerinduannya terhadap si nyong Patatas.
“Aku pikir, sejak saat itu aku tidak akan melihatnya lagi. Matanya yang sayu….
alisnya yang tebal. Hidungnya yang mancung… Aghhhhh….”(Campada merasa kesal)
“Mengapa tak kubilang saja perasaanku kepadanya sejak dulu… aku selalu rapi menyimpannya dalam kulkas, dengan suhu yang aman. Tidak terkontaminasi. Tidak pula membuang-buang amunisi.”

“Pa Satpam… bolekah kau menolongku?” Pinta Campada.
“katakan saja nona separuh aku “ Jawab Pa Satpam…
“Saya akan tulis ini sebentar, dan tolong berikan kepada dia yang tadi saya tunjuk dalam video CCTV itu”( Campada menangis keras tersendat-sendat)
Setelah hampir 2 jam, campada menulis surat lamaran,,, akhirnya dia menyerahkannya kepada Pa Satpam yang baik hati dan tidak sombong.
“Pa,,, jika Bapak dapat menolong saya, dengan memberikan surat ini kepada lelaki kurus itu, maka suatu saat saya tidak akan melupakan kebaikan bapak. (sambil menangis campada memberikan surat itu)
“Kenapa tidak pakai meterai Rp.6000, nanti suratnya tidak resmi” Satpam mengajukan pilihan.
“Sebentar Pa” (sambil mengambil meterai)
Campada mengusap air matanya dengan meterai, sebagai bagian dari pengganti lem korea dan anti gores.
Tiada lama kemudian, Campada pergi … dia bukan pulang ke rumah, tetapi harus berangkat untuk mengikuti lomba Catur selama tiga bulan.
Apakah isi surat campada kepada patatas? Akankah Bapak Satpam memberikannya? Ataukah Patatas tidak kembali juga ke ATM itu, karena sudah beralih ke Bank yang lain?

Apakah cerita ini harus dilanjutkan?

Kamis, 21 Juli 2016

PATATAS DAN CAMPADA

Pada suatu ketiak, terjadilah kisah yang berbau harum diantara megahnya alam ini. Semuanya dimulai saat mata perlahan terbuka, mulut menguap asap, dituang kantuk seperlima pecahan desimal. Masih pagi sekali sebelum munculnya si tuan siang, telepon genggam tipis saya berteriak keras di telinga. Kring-kring-kring. “Perkara apakah ini sehingga harus mengagetkan kakanda si bungsu yang masih ingin berenang di alam mimpi?. Huuu… ini bukan alarm bangun pagi, bukan alarm latihan memanah cicak, namun nada panggilan masuk. Siapakah yang menelepon? Semoga bukan Uttaran. Semoga bukan Elif. Semoga bukan anak Jalanan.
   Alamak, Si Campada goreng menelepon. Mengapa tiba-tiba menelepon? Mau menagih utang? Ataukah menebang hutan?

Terjadi percakapan singkat :
Feliks : “Selamat pagi Nona Campada”...
Campada  : “Ia Nyong Patatas… selamat pagi… sudah bangun?”
Feliks  : “Belum, masih tidur…”
Campada : “Ouh ya? Sambil tidur, saya ingin mengatakan sesuatu…”
Feliks  : “Ia, silahkan…”
Campada : “saya-kan Wanita”
Feliks : “Ia saya tahu…”
Campada : “nah itu saja yang saya ingin katakan”
Feliks : “jangan bercanda”
Campada : “ini mah bercanda atuh akang”
Feliks : “Ada apa denganmu, sehingga menelepon jam begini?”
Campada :  “Pagi ini saya terburu-buru ke kantor, sehingga saya lupa untuk sarapan.
      Bisakah membawa seember Campada”
Feliks :” Bukankah musim campada sudah berakhir? “
Campada : “saya lupa. inikan musim salju. Kalau begitu salju saja”
Feliks : “Pakai sambal/sambalado?”
Campada : “Sambalado, di campur gado-gado juga”
Feliks  “Setelah selesai tidur, nanti saya antarkan.
Campada :”Terima kasih sebelumnya”
Feliks : “Terima kasih untuk apa?”
Camada : “Terima kasih sudah mau membantu saya”
Feliks : “Saya bilang kan nanti, … itupun kalau saya ingat…”
Campada : “Selain lapar, saya sangat merindukan kamu. Jadi, tolonglah saya”
Feliks : “Karena saya orang yang suka menolong, maka dengan senang hati saya akan 
       melakukannya. Berhentilah merayu di telpon. Eksekusikan rayuanmu di depan
       mata saya nanti”
Campada : “Terima kasih banyak, terima kasih. Saya bahagia ada yang mau peduli dengan
     saya”
Feliks : “ini hanya Simpati”
Campada : “saya kira As”
Feliks : “kalau sudah di depan kantor saya akan menelepon”
Campada : “Baiklah. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih”
Feliks : “Selamat Natal”
Campada : “Selamat tahun baru”

  Sebelum cerita ini dilanjutkan, saya ingin mengenalkan pembaca dengan Campada. Campada adalah sebuah tanaman yang berkarib akrab dengan Nangka. Mereka satu keluarga tapi beda spesies. Ada Nangka Belanda, tetapi tidak ada Campada Belanda. Ada Campada Goreng, tetapi tidak ada Nangka Goreng. Apapun makanannya, minumnya The botol Sosro. Saya lupa dimana awalnya saya mengenal Campada. Saya hanya ingat baunya setelah digoreng di atas perapian yang menyala-nyala. Campada membuat saya aman didalam badai. Apakah Campada Dewa? Bukan. Sama sekali bukan. Pernah disaat hujan lebat, saya terpaksa berteduh dibawahnya. Sebenarnya itu terjadi karena saya tidak membawa mantel hujan saja. Dan begitulah kira-kira cerita bohongnya.
  Sebenarnya berada di sisi Campada mengajarkan saya, apa artinya kekonyolan, keketewaan, Cinta.a.a.a.(Dia parlente tu, jang percaya)
  Mari kita lanjutkan cerita konyol ini…
  Pagi itu juga saya langsung bergegas, dan mulai merapikan diri. Menyetrika kulit yang mulai kusut. Menjahit kenop yang terluntang-lanting. Mencolek pomade, dan menyisir rambut belah sungkawa. “Zainuddin, kamu tampan sekali”, kata mamak dari dapur. “kalau saya tidak tampan, lantas mengapa saya sudah berbini sepuluh?” (Semakin mengada-ngada saja ceritanya Feliks…)

Semua persiapan sudalah beres, namun tetaplah ada yang kurang. Hatiku jadi sunyi senyap. Bagaimana kehidupan saya kelak dengan dia jika hari ini dia menolak perihal yang ingin saya sampaikan. Berdoa. Berdoa adalah kuncinya. Panjatkan. Panjatakan dengan tulus. Tuhan  akan mendengar doa orang percaya. Walaupun kiamat sudah dekat. Walaupun cinta tidak memberi uang pensiun.
Helahan nafas panjang saya hantamkan, sebelum kaki melangkah keluar dari rumah tua. Seikat daun sawi sudah  diambil dari dalam kulkas untuk dipasangkan ditelinga nona kebaya. Sebelum merantau ke mesir. Sebelum berpangkat. Sebelum jadi orang. Marilah menjupa dan mengatakan perasaan. Apakah perahu akan terkandas, ataukah perahu akan dinaiki burung nuri, tetaplah maju untuk mencinta. karena mencinta tak harus lemah. Mencinta harus sekuat tembok Berlin, walau pada akhirnya roboh dan bersatu kembali.

Setelah tiba digudang penyimpan kuda kesayangan, dengan nomor plat DE 2557 LJ. Saya pun memanaskannya lebih dulu. Karena jika kuda kepanasan, larinya semakin kencang ;seperti genderang mau perang.

  Tangan kanan memainkan gas, sambil melepas rem. Tangan kiri tetap tenang namun harus waspada. Kedua kaki diistirahatkan dibagian pelana. Ayo melaju, tanpa harus buru-buru. Ingat pengendara harus jaga jarak aman. Tak boleh melaju kencang. Tak boleh mengantuk. Tak boleh melotot. Apalagi mabuk.
Jadi bagaimanakah kisah selanjutnya?
A. Apakah Feliks mengutarkan isi ulu hatinya?
B. Ataukah memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa?

SAYA CINTA NIRMALA

Setelah lulus dari SD KRISTEN BELSO B2  selama kurang lebih 16 tahun (sungguh mengada-ngada) ; Saya melanjutkan studi pada SMP NEGERI 1 AMBON. Jarak antara kedua sekolah ini tidak terlalu jauh. jalanya lebih sedikit menanjak, namun tidak terinjak. Sekali tikungan, langsung garis finish. Pada masa abad kejayaan, saya diantar oleh Eyang kakung untuk memasukan berkas-berkas yang diinformasikan kepada para pelamar. Tak ada tes sebagai syarat kelulusan. Yang harus disiapkan hanya uang seringgit, dan sertifikat tanah rantau, sebagai jaminan untuk masa tua.
  Hampir semua teman  sekelas saya di SD melamar juga di SMP yang sama dengan saya. Tetapi, tak satupun dari mereka sekelas dengan saya sampai hari kiamat. Kami terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing dengan kapal baru. Masing-masing dengan teman baru. Masing-masing menggandeng ehem-ehem baru.
  Adapatasi…Adapatasi sudah menjadi tugas masing-masing untuk tidak tereliminasi.  Inilah jenjang baru.  Jenjang yang sedikit lebih tinggi dari SD, dan sedikit lebih pendek dari SMA. Sudah tidak main ingus lagi. Sudah tidak latihan membaca dan menulis. Tidak belajar satu tambah satu. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah ; tidak bisa mengambil contekan dari dalam tas wanita berdarah Belanda. Entah dimana dia saat ini. Terakhir kali saya melihatnya duduk di belakang gawang mini tim nas Prancis, sambil minum segelas ale-ale. Setelah itu tidak dia muncul lagi. Semoga tidak. Semoga jangan. Salam olahraga untukmu, MANTAN.
   Persoalan berfikir juga harus juga dikembangkan. Karena warna celana seragam tidak merah lagi, tetapi biru. Jadi, berpindah jenjang adalah berganti warna celana seragam. (ada-ada saja). Setelah resmi menjadi siswa SMP, maka saya dicebloskan ke dalam kelas tujuh-tujuh (VII.7). Semua siswa-siswi di kelas ini adalah manusia ciptaan baru. Seorangpun tidak saya kenali. Muka mereka benar-benar sangar. Berotot, dan suka melotot. Lama-kelamaan saya sadar ; ternyata mereka semua lebih culun dari pada saya. Mereka Lebih sensitif. Berfikir negatif. Sedikit agresif. Kadang-kadang suka berada di kelas eksekutif.
Setelah latar belakang cerita ini disampaikan, marilah kita masuk pada bagian pembahasan. Lagi-lagi tentang wanita. Karena pria lebih senang berbicara tentang wanita. Tetapi tidak bagi mereka. Wanita lebih senang berbicara tentang pakaian, arisan, atau bahkan manisan : sehingga mereka gampang untuk mimisan. Kurangnya mental pria saat ini, sehingga wanita lebih memilih untuk diam, dan tidur dalam kelambu. Beberapa dari pria Shaman sehkarang lebih suka bermain boneka dari pada mengangkat barbel. lebih senang mengecat kuku, daripada mencari kutu. Sebagai lelaki yang takut  akan Tuhan, jauhi segala yang jahat. Jangan membuat wanita menangis. Kalau tidak suka katakan tidak suka. Jangan membuat mereka baper (bawa perdamaian). Jika tidak cinta katakan sampe jua/ atau katakan KING(permainan bingo). Binatang sakit hati, wanita sakit batin. Jika batin tersiksa, siapa yang berani memperbaiki? Tak-ada. Tak ada yang mampu melakukannya.
Sejak SD hingga SMP, tak ada satupun kasus yang pernah saya lakukan sehingga mencoreng wajah keluarga dan sanak saudara. Saya anak yang pendiam, dan sangat ramah.  Saya murah senyum, dan murah meriah. Saya dapat ditemukan di toko-toko terdekat. Promonya sampai bulan depan saja.MCM atau ACC sudah mulai menjual separuh senyum saya.

  Lingkungan SMP, tidak berbeda jauh dengan SD. Sama-sama punya atap. Sama-sama punya guru. Sama-sama punya kantin. Sama-sama bisa menemukan calon pengantin untuk kesejahteraan bahtera rumah tangga. AMIN.

  Karena disekolah ini ada wanita, berarti ada kisah, dan ada cerita. Ada kepentingan jasmani. Ada kepentingan rohani. Kepentingan rohani berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan. Saling toleransi, dan tidak membeda-bedakan SARA. Sebaliknya kepentingan  jasmani berhubungan dengan sesuatu yang nampak didepan kita.

  Ini tentang Nirmala(nama dan suara disamarkan). Nirmala wanita yang baik. Dia tidak membuat kopi dengan sianida, apalagi vaksin palsu. Nirmala memiliki rambut yang panjang dari kaki hingga kepala.  Bertato 2016 di dada. Sejak SD sampai SMP dia tidak pernah mengguting rambut. Karena biasanya pak bondan yang menggunting rambutnya. Nirmala wanita yang pintar. Setiap kali ujian, ia selalu mendapat nilai sebelas (11). Sungguh angka yang berlebihan. Karena merasa pintar, ia sangat sulit didekati. Tapi tidak bagi Feliks. Tetangga saja terpojok, apalagi Nirmala. Karena Feliks tak mendekati dengan wanita kesombongan, tapi dengan santun. Saling memberi salam, dan saling menghormati satu dengan yang lain.
  Nirmala tidak sekelas dengan saya. Dia kelas Akselersi( anak-anak dengan kepintaran diatas rata-rata).  Saya kelas selebrasi (  anak dengan kepintaran di atas bukit duri cempaka putih).
Suatu ketika, para juara kelas dipertemukan untuk diaduk dengan gula ¼ sendok makan. Disitulah awalnya saya tahu nama dan rupa Nirmala. Sebelum tes dimulai, para juara kelas diperintahkan untuk memperkenalkan diri dilapangan basket. Abjad A sampai E sudah sudah mengeksekusikan tendangan. Giliran saya dengan konsonan huruf  F maju dan menjual suara.
“Nama saya Feliks, anak dari Bapak T… dan Ibu I…”. Saya beragama Kristen, dan Saya siap untuk mengikuti tes ini.”
Gelombang laut silih berganti, sehingga sampailah pada peserta berikut dengan nada dasar N, atas nama Nirmala.
Dia maju dan memperkenalkan kepribadiannya.
“Nama nama saya Nirmala, tetangga dari upin-ipin di Malasya. Saya sedang berada pada Zona J( Jomblo), adakah yang mau menikah dengan saya tahun depan?
Kata-katanya membuat saya berurai air panas. Hu…. Wanita ini. Sungguh dewasa pikirannya. Baru berkenalan saja, sudah hendak menikah. Apalah kata orang-orang nanti, jika isu ini segera tersebar di Facebook .
Saya memukul meja, dan berteriak keras . . .
Feliks : “Sabar nona…sabar.. Kakakmu masih terlalu muda untuk menanggung cinta ini. bila hendak bertemu, bertemu saja di kandang belakang, dan kita bicarakan dengan bijak. Tak usalah meminta pernikahan dengan segera, sebab kita disini untuk mengikuti ujian.”
Nirmala : “Tuan muda Pattinama… Adikmu ini harus mencari pria yang berani memengang janji. Kalau kau tak sudi, mengapa kamu datang semalam dan bertemu dengan ayahanda?”
Feliks  : “Ayahanda mengirim surat, dan meminta kakanda  untuk membeli sebungkus rokok surya enam belas(16). Hanya itu yang kakanda lakukan, hai permata intanku”
Budi  ;”Kalian seperti bocah taman kanak-kanak. Bocah… dasar bocah… Mengapa kalian bertengkar karena CINTA? bukankah sudah seminggu CINTA tak masuk sekolah? Janganlah marah karena hamba memotong pembicaraan kalian. Tapi ini ruang untuk ujian. Sudah tak bawa contekan, malah saling bertengkar. Bocah… dasar bocah…
(Bersambung)…

PATATAS DAN CAMPADA (Episode 2)

Kira-kira pukul 09:12 WKP (Waktu Karang Panjang), patatas tiba di depan kantornya Campada. Handphone diangkat 45 derajat, dan kemudian jari jempol memencreet tombol *000# untuk mengecek pulsa. Sisa pulsa anda, Rp. -00001. Jika anda tidak puas dengan keputusan kami terhadap pulsa anda  silahkan hubungi kami setelah anda insyaf. Akhirnya patatas berinisiasi untuk melakukan CM. CM adalah program pemberitahuan kepada nomor yang anda tujui untuk menghubungi anda dengan segera. CM adalah simbol dari perhitungan jarak, yang berarti Centi meter. Ada yang lebih bagus dari CM? yang lebih mahal banyak…!!!
Tiba-tiba panggilan masuk berbunyi… saya pikir Campada yang menelepon, padahal Doraemon.
Doraemon  : “Tas, ngana udah mandikan unta ane?”
Patatas  : “Belum Mon. kamu ke tempat cuci mobil saja. Banyak busanya, harum biayanya”
Doraemon : “Fulusnya bagaimana?”
Patatas : “Pecahkan saja gelas ane, ada uang yang ane tabung disitu” 
Doraemon : “cukup kaga?”
Patatas : “Cukup---lah. Kalo tak cukup, cuci kaki, dan ekornya saja. Jangan
       menghamburkan  uang dengan sembarangan. Ingat, di belahan dunia sana, ada 
                             yang menjerit hanya  karena sepiring nasi”.
Doraemon : “Ia, tas. Abis mandikan unta…. ane jadikan gulai saja”
Patatas : “itu ide yang bagus, mon….ane sekilo ya….Sampai jumpa mon,,, ane mau ketemu
    campada dulu”
Doraemon : “Ok tas”
Patatas : “Siap mon”

Beberapa saat setelah Doraemon menelepon,,, campada pun keluar dari kantornya. rupawan sekali dia. Dia memang tumbuhan biji tertutup. Dialah monokotil yang kaya akan kambium. Semoga campada membawa setetes klorofil ; yang dapat patatas gunakan untuk  berfotosintesis. (Sarjana Biologi 2015)
Campada : “Sudah dari tadi, tas?”
Patatas :”Baru seminggu”
Campada : “sudah sembahyang pagi untuk saya?”
Patatas : “Sejak seminggu lalu”
Campada  : Teenk kyu………………….tapi tas, mengapa mukamu pucat,,, kamu atittt?
Patatas : tidak sakit,.. mungkin karena terjebak macet arus mudik tadi.

Patatas segera mengeluarkan ala kadar untuk sarapan pagi nona campada.
“terima kasih banyak,” , kata campada sambil tersenyum.
“Sama-sama,” jawab patatas.
“Sangkaku, kamu tidak akan datang, tas…
“aku datang,” jawab patatas sambil menikmati proses mencongkel tahi hidung.
“Hari ini, saya tidak banyak kerja di kantor, bagaimana kalau kita jalan-jalan”, ajak campada.
“Baiklah, kalau begitu saya yang tentukan tempatnya saja”
“tapi dimana?”, tanya campada dengan mulut melebar.
“Di terminal sana,”…… Patatas meledek.
“Begini tas, bukanya saya tidak mau… tapi saya sering ke terminal. Kalau tidak membeli ikan asar dan colo-colo, berarti saya menjual sayur kongkan atau belimbing masak.”
“Ikuti saya saja…tak usah tawar-menawar.”
“Ya..Iya…Iya…”
Setelah percakapan yang tidak bermanfaat itu terjadi, Campada kembali ke kantor. Patatas pulang ke kandang, saya turun dari belakang.(Penggalang lirik lagu Gembala Sapi).

…Sore hari, ketika patatas sedang menonton film “kuch kuch hota hai”…Campada mengirim sms yang menyatakan bahwa dia sudah pulang dari kantor, dan sementara menunggu patatas di depan lorong Gereja. Patatas lalu mematikan Tv, dengan cara memotong kabel colokannya ; dan kemudian menjemput campada. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tepian pantai dan membagikan angpao. Menurut patatas pantai adalah tempat yang mengagumkan. Ada air laut. Ada ikan mas dan ikan yang kecil-kecil pada mabok (Penggalan lirik diobok-obok).
  Kedua tumbuhan yang beda kasta itu saling bercerita, dan sesekali mereka menyanyikan lagu Indonesia raya….Merdeka…merdeka…
   Kelihatan oleh mereka berdua ; gelombang laut dan arus pencobaan yang berulang menghantam bebatuan. ****BbBbyuuuuuuuuuuuusssssssssssssss****** seketika ; basah kuyuplah kaki mereka berdua. Patatas mencoba mengatakan isi hatinya kepada campada melalui kata-kata yang ia tulis di helaian daun papaya.
“Saya…saya hanya ubi jalar yang asal-usulnya masih diperdebatkan hingga saat ini. Orang-orang menggunakan saya sesuai kebutuhan. Kalbohidrat yang saya hasilkan mereka nikmati, lalu saya menjadi kurus dan kering. Bibir pecah-pecah. Kadang rematik, kadang berbintik ; dan kemudian kamu datang dalam dapur penggorenganku. Kita tertawa berhari-hari. Kita berbagi apa yang ingin kita bagi. Namun satu yang kuminta, agar kita percaya : sampai mujizat menjadi nyata”(penggalang lirik lagu rohani)
(Heninggg……….)
Mendengar kata-kata patatas, campada menangis sampai sesak. Kemudian patatas melanjutkan kata-kata yang tertulis itu lagi…
“Kita ini sudah selalu bersama, kadang makan sepiring, kadang setampa garam dan sedaun sirih.
mula-mula hanya suka, lalu kemudian menjadi cinta. namun semua ini tidak bertahan lama karena saya tahu, kamu sedang mengikat tali percintaan dengan sukung.”
Sebelum berlanjut cerita… mari kita rincikan dulu siapa itu sukung…
  Sukung adalah tumbuhan dengan genus Artocarpus dalam fimili Moraceae yang terdapat di kawasan  tropika seperti Indonesia dan Malaysia (baca di google). Sukung berteman dengan patatas sejak 2 jam yang lalu. Masyarakat tahu bahwa mereka berdua adalah kawan dalam pendidikan.  Masyarakat tahu juga bahwa mereka adalah lawan dalam cinta.
Persoalan klasik yang sering muncul dalam ikatan hati adalah kejujuran. Apakah Campada akan berkata jujur tentang siapa sukung baginya? Ataukah dia membantah setiap kata-kata yang diucapkan oleh patatas?
(berlanjut)

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...