Ada
yang beda dalam penulisan kali ini. Yang lebih mengarah pada kejadian, yang tak
biasa terjadi selama kurun waktu sejagad raya(lebay). Kejadian itu adalah
menikmati suasana Natal sendiri. Yang biasa ke Gereja sama-sama. Kali ini harus
sendiri. Yang biasa berdoa sama-sama. Kali ini berdoa sendiri saja. mengapa
demikian? Coba tanyakan kepada rumput yang bergoyang dangdut disana. Ini karena
sebuah tujuan masa depan. Tujuan yang menghasilkan sebuah pangkat baru. Tujuan
yang bernama penelitian(penilitian apa?). Natal yang indah, terasa lebih
sederhana. Karena tak ada uang, tapi ada harapan. Karena tak ada makanan, tapi
ada kenikmatan. Karena tak ada penghuni rumah, tapi ada sukacita yang
diciptakan hati sendiri. Mulai bulak balik membalikan diri dari kampus ke rumah
seperti beranda dengan dapur. Seperti profile dengan dapur. Seperi imbox dan
notification dengan dapur. Dan seperti dapur dengan dapur. Rasanya jauh, tapi
begitu dekat dihati. Ada lagi yang lebih berbeda. Yang biasanya jalan dan
memegang tangan setiap jemari tangan sanak keluarga, kali ini harus lebih
memiliki perasaan yang ihklas tulus dengan mengerjakan tugas di laboratorium
untuk memberi makan-minum mencit dan tikus. Menimbang berat badan. Menimbang
berat ketek. Mengganti popok khusus. Mengganti sekam padi, lalu mendoakan
keselamatan mereka sebelum hari penghakiman tiba. Satu lagi yang beda,,,, Yang
biasa berkunjung di rumah pacar. Atau calon pacar. Atau calon isteri. Kali ini
ditiadakan dan dihapuskan dari benak. Bokap dan nyokap mantu, selamat natal
dari hati saja. Semoga calon anak mantu ini diterima di rumah kalian suatu saat
nanti dengan bebas dalam satu ikatan bernama rantai keluarga.
Senja
sore 24 desember 2014 setelah beberapa tugas terselesaikan, aku dan diriku yang
lelah tak beraturan menyadarkan raga untuk kembali ke rumah guna persiapan
malam kudus yang sunyi dan senyap. Dengan kendaraan yang dititipkan Tuhan, aku
mengendarainya sopan menuju dermaga Feri Poka-galala. Sesampainya dilaut,
kukabarkan semuanya. Kepada ombak, kepada bintang, kepada matahari. Kepada apa
yang kulihat dan kurasa, bahwa dirumah saat ini tak ada seorangpun yang bisa kujumpai.
Semua sedang kembali ke negeri tempat kelahiran mereka. Dan anak bungsu kalian
harus belajar menjadi mandiri di hari yang suci ini. tak ada kunci rumah
ditangan. Tak ada di tas. Tak ada di mesin pencari “Google. Lalu di mana?
Dimanakah kau berada kunci rumahku? Mengapa kau harus mengerjaiku disaat yang
mengharumkan negara dan bangsa ini?. Ingatku kembali.ternyata dititipkan kepada
keluarga disamping rumah. Keluarga dekat bernama tetangga. Bahagia sudah
setelah kebingungan menyapu bersih lantai hati, bersama nasib yang indah sedang
melambai sukma lingkaran pikiran. Yang berpenghuni pemegang kunci lagi ke
Gereja. Artinya kunci rumah tak ada saat ini untuk digunakan. Hari yang bahagia
mengapa begini?. Aku tak percaya kau membangunkan kebingunganku. Didalam tas tak
ada kemeja untuk dipakai pada ibadah malam kelahiran Juru Selamatku. Sepertinya
harus mencari sahabat terdekat untuk mendapatkan sepotong kemeja. Tapi siapa?
Siapa yang bisa meminjamkan?...kupejamkan mata ini, lalu mencoba mencari nama sahabat saat mata tak meraba
cahaya. Apakah berhasil? Kurasa tidak. Aku tidak punya sahabat. Kuulangi lagi
dengan cara yang sama. Kurasa tidak, Aku tidak punya teman. Sekali lagi dengan
cara yang sama namun lebih meng-imani. Kurasa tidak, aku tak punya siapa-siapa.
Tapi mereka punya aku(muntah). Singkat cerita, aku menemukan kawan terbaikku
yang tinggal sedikit berjauhan dari rumahku yang sekarang. Kawan seperjuangan.
Kawan satu barisan musik. Kawan terdekat sepanjang waktu. Dengan rela dan
tulus, dia pinjamkan kemeja untuk kupakai di ke Gereja. Terima kasih kawan.
Karena kau dan kemejamu yang seukuran denganku, aku boleh mencari TUHAN yang
aku percayai hingga aku mati nanti. Setelah kemeja terpinjamkan oleh kawanku
itu, aku kembali ke rumah yang masih terkunci rapat. kubersihkan seluruh
tubuhku dengan cara mandi. Mandi yang berbeda dari mandi yang biasa. Mandi
dibelakang rumah. Belakang rumah yang masih terlihat seperti hutan, namun bukan
hutan.Tak ada binatang buas disitu. Meskipun ada, aku tetap harus mandi. Mandi
yang unik. Mandi tanpa melepas pakaian di badan. Ini karena rumah terkunci(mengulang
pendertiaan). Dan ini kunikmati dengan perjuangan. Jika tak ada seuntai tong
dengan beberapa milyar tetesan air yang tertampung, maka tak ada lagi mandi.
Tidak ada lagi ucapan terima kasih seperti iklan di tv yang bisa aku sampaikan.
Iklan yang berbunyi : sekarang sumber air su dekat. beta bisa mandi dan pergi
ke Gereja. Lalu mandi terjadi dengan begitu menyenangkan. Bermandikan cahaya
matahari yang tidak berapa detik lagi akan menghilang ke wilayah lain.
Beruntung ada seekor sabun. Tapi bukan sabun colek. Bukan sabun cuci tangan.
Bukan juga sabun sirih. Ini sabun mandi yang dititipkan malaikat untuk
membersihkan tubuhku dari noda dan dosa selama berada di Lab Zoologi. Karena
hari ini hari natal. Aku harus bersih utuh. Seperti seorang bayi yang baru
lahir. Itulah aku hari itu. bagaimana aku mengganti pakaian dan mengeringkan
badan, tidak ingin aku ceritakan disini. Di telepici ini.
Ada
deodorant di tas ajaib. Ada sepiring minyak rambut. Alkitab sudah tergeletak
indah di dalam job motor. Kerapian beberapa persen sudah terlihat dibawah
matahari. Aku masih ganteng, walau tak seganteng Ariel Peterpan. Walau tak
setampan Ariel Noah. Kini tak ada yang kurang untuk menghampiri TUHAN.
aku harus mencariNya dengan sungguh hari malam ini. Dan tidak ada seorang yang
harus menghalangiku. Kalau ada, mari berkelahi. Aku tidak takut. Tapi aku pasti
akan kabur.
Aku
pergi ke Gereja. Gembiranya aku terlambat. Tapi beruntung mendapatkan sebagian
tempat duduk yang masih kosong. Walaupun berdesakan, aku tak peduli. Ini hari
natal, tak boleh ada yang saling marah. Apalagi karena tempat duduk. Demikian
juga ini adalah Gereja. Gereja adalah tempat ibadah. Yang mau berkelahi segera
ke luar, dan jangan kembali lagi. Kalau kembali harus dalam keadaan yang lebih
tenang.
Ibadah
yang sakramen segera dimulai. Semua yang berdosa menundukan kepala, lantas aku
yang paling berdosa pun ikut mengakui. Lagu natal dinyanyikan. Liturgi natal
diucapkan. Penampilan dari Vocal Groupku memuaskan. Penampilan dari Paduan Suara
tak kalah indahnya. Semua yang bernafas memuji Tuhan. Doa syafaat. Persembahan
syukur. Doa berkat. Ibadah selesai, dan saling berjabat tangan mengucapkan
selamat natal. Saling bersentuhan pipi bagi yang wanita. Yang pria hanya bisa
menyapa lewat pergelangan tangan. Ku tanya pada hati, Adakah natal membawa
perubahan bagi kita semua? Apakah hanya kemeriahannya saja. lalu maknanya
hilang bersama kemegahan benda penerang yang yang muncul setiap setahun sekali.
Natal itu harus punya arti. Natal bukan hari biasa. Bukan hari memunafikan
diri. Natal adalah hari pertobatan. Karena Kristus ingin menjadi manusia dan
menghapus dosa kita. Lantas apa gunanya kita mencari kesibukan lalu tak peduli
dengan semua yang Ia berikan. Dan Tak peduli dengan HatiNya yang hancur saat kita
memporak-porandakan kehidupan yang berharga ini. sudahkah sadar? Ataukah nanti?
Nanti itu kapan? Mau merasa api neraka? Ini bukan untuk menakuti-nakuti. Ini
mengenai pilihan yang bisa kita pilih selagi masih ada waktu. Jangan abaikan
panggilan Tuhan yang baik ini.(khotbah pribadi berakhir)
Sepulang
Gereja, aku kembali ke rumah. Tapi kunci rumah belum ada. Tapi rumah yang
memegang kunci sudah menandakan ada penghuninya. Segera ku permisikan tubuhku.
Lalu aku menyapa dan meminta kunci rumah. Terima kasih sudah menyimpannya
dengan baik. Kini aku ingin melihat keadaan rumah yang lama tak aku
jumpai(pergi ke mana kau selama ini, bang Savero Feliks?)
Rumahku
baik-baik saja. masih ada dinding rumah. Atap masih utuh. Pintu dan jendela juga.
Cuma telepici sudah terbalik. Mungkin ada yang sengaja menonton dengan cara
yang berbeda. Apakah alien ada dirumahku? Mari berkenalan biar aku punya banyak
teman. piring dan gelas masih ada. Semua masih ada. Tapi dimanakah feliks?
Mengapa dia tak ada? Bukankah dia yang harus menjaga rumah seperti satpam ? Dan
tidak keluyuran seperti ini? anak itu,,, nanti kalau aku temui, akan kejewer
keping kupingnya, biar ingat perintah orang tua.
rumah
tak ada bedanya. Masih seperti dulu saat perang dunia pertama terjadi.masih
seperti runtuhnhya kerajaan majapahit dan taruma negara. tapi ini rumahku.
Tempat aku bertumbuh menjadi seorang manusia yang gagah perkasa. Yang siap
membasmi kejahatan. Apa yang akan aku lakukan disini, dimalam natal ini?
iya,,,, iya… kali ini harus sendiri. Sendiri tanpa cinta… dan mendokan yang
lagi di tempat lain. Dan mendokan semua orang. Dan semua penghuni bumi. Hewan
dan tumbuhan harus didoakan juga. Biar doanya panjang. Dan natal jadi lebih
menarik untuk dibuat dalam tulisan. Lapar sungguh perut ini. sungguh sangat.
Sepertinya harus mencari makanan diluar. Ditempat yang tiba-tiba terpikirkan
dalam otak kecil di belakang. Nasi kuning pangkalan taksi. Pasti ada,
Semoga(dalam hati mendokan umur yang panjang bagi penjual nasi kuning).
rumah
dikunci olehku. Tapi tak menitipkan kunci ke tetangga lagi. Memang harus
dikunci rumahku. Ini semua biar pencuri tak seenaknya masuk seperti tamu. Biar
pencuri lebih sedikit berusaha. Supaya kalau terjepit jebakan, maka alarm akan
berbunyi. Dan warga sekampung akan memberi oleh-oleh natal. Oleh-oleh pukulan
super Mario bross.(ngerti???)
rasanya
cerita ini semakin panjang. Tapi harus diketik biar bisa dikenang di tahun yang
akan datang(tahun 2015-seterusnya). Motor jadi teman berjalan. Motor menuju
lokasi yang diincar. Uang dikeluarkan. Nasi dibeli. Lauk pun tak lupa
dimasukan. Jadilah nasi kuning hasil sulapan tangan penjual. Ini bu,,,,
uangnya. Saya kasi gratis ! tak usah saya ambil uang kembalian(padahal uang
pas). kami saling menyapa ramah tama. Berlapang dada. Berbela sungkawa. Dan air
mata berucucuran, karena ibu itu tak rela melepaskan nasi kuningnya. Saya tak
rela merampas haknya. Tapi ini mengenai perut. Dan nasi kuning berhasil saya
raih di hari natal. Saya mendapat piala penghargaan dari walikota(humor yang
hebat). Hmmmmmmm,,,,,,,, Ini makan malam yang enak. Uang sendiri. Natal
sendiri. Nasi kuning sendiri ,tanpa harus berbagi.(mau berbagi kepada siapa,
coba). Motor dikendarai lagi. Melambung satu demi satu kendaraan yang mencoba
menghalangi perjalananku. Ada mobil, ada motor. Ada becak. Ada gerobak. Ada
rusa. Ada gajah. Ada Singa. Ada semut. Ada tikus. Dan seekor unta dari Arab
saja terlewati seru. Saatnya pulang, berdoa, merenung, dan bertobat, lalu
menikmati malam. Akhirnya tiba juga dirumah. Sungguh lelah hari ini. tapi harus
kuat. Tapi harus tetap membuka mata sebelum waktu untuk tidur. Nasi kuning
dipecahkan diatas piring. Ditaburi sendok dan garpu. Dibumbui dengan doa untuk
malam natal yang di rasakan semua orang. Doa malam natal yang indah. Saat
dimana Papa, Mama, dan Kakak lagi berdoa natal di tempat lain. Dan aku disini
dengan sebuah lilin, nasi kuning, dan Alkitab, mulai berucap kata (haru). Dan
doa ini mengakhiri cerita jenaka yang tak beraturan lagi.
SELAMAT
MALAM TUHAN YESUS. SELAMAT ULANG TAHUN BAGIMU, JURU SELAMATKU. TERIMA KASIH
SUDAH MAU MENJADI MANUSIA. DAN AKU BANGGA. DAN AKU BAHAGIA. DAN AKU BERSUKA
CITA. KARENA SUKA CITA INI HANYA UNTUKMU. SUKA CITA MENIKMATI MALAM NATAL
SENDIRI. WALAU SENDIRI TAPI TETAP BERSYUKUR. KARENA MASIH BANYAK KEHIDUPAN YANG
LEBIH MENYEDIHKAN DARI KEHIDUPANKU YANG KAU BERI INI. PAPA, MAMA, KAKA SEDANG
BERADA DI TEMPAT LAIN. DAN AKU MENDOKAN MEREKA. MENDOAKAN KELUARGA YANG LAIN.
MENDOAKAN TEMAN. MENDOKAN SIAPA SAJA, YANG AKU KENAL, DAN YANG TIDAK AKU KENAL.
BIARLAH BERKENAN ENGKAU LIMPAHKAN YANG TERBAIK BAGI MEREKA. BERI UMUR YANG
PANJANG. KESEHATAN DAN STAMINA YANG BAIK. JAGA DIMANAPUN MEREKA BERADA. DAN
LEBIH DARI PADA ITU, KAMI YANG MASIH BERDOSA INI DAPAT SEGERA SADAR. LALU KAMI
BERTOBAT. KARENA DUNIA INI MEMBERI YANG TIDAK BERTAHAN. DAN YANG ABADI ADALAH
BERSAMA DAN MENGIKUTIMU SAJA. BERI KETABAHAN BAGI YANG BERDUKA. BERI SUKACITA
BAGI YANG BERSEDIH. YANG SAKIT MARI SEMBUHKANLAH. BERI RASA SYUKUR KEPADA SIAPA
SAJA.BERI HATI YANG TULUS MENCINTAIMU. DAN KAMI AKAN MEMULIAKANMU SEUMUR HIDUP
KAMI. BIARLAH NATAL INI MEMBERI DAMPAK YANG TERBESAR SEPANJANG KEHIDUPAN KAMI. SUPAYA
KEHIDUPAN YANG KAU BERI AKAN MEMENUHI TUJUANMU. INI DOAKU YANG PENDEK. YANG
TIDAK SEMPURNA. AMPUNI SEGALA DOSAKU. DAN JADILAH SEPERTI APA YANG KAU
INGINKAN. DIDALAM NAMAMU YESUS YANG SUCI, AKU, HAMBAMU, BERDOA. AMIN
Saya,Feliks Savero Pattinama
menulis pada Rumah dan Lab zoolgi.