Sabtu, 25 November 2017

Berhentilah menjadi penonton

Kita akan terus melaju dalam hari-hari yang penuh tantangan.
Didalamnya ada kesenangan. Didalamnya ada ketidaknyamanan. Kitalah pemeran dalam film kehidupan yang Tuhan telah tuliskan. Kita tak bisa menyuruh orang lain mengganti posisi kita, karena masing-masing bertanggung jawab atas adegan yang telah ditakdirkan. Kitalah kita, dan orang lain adalah orang lain sendiri. Semakin kita mencoba menjadi orang lain, dan menyangkal jati diri kita ; maka kitalah topeng yang tidak akan bertahan. Kita istimewa. Kita unik. Kita menarik. Tangan yang perkasa telah menjadikan kita. Meskipun kita punya kekurangan, bukan berarti Tuhan tidak menyisip kelebihan. Keduanya ada, dan itu mutlak dimiliki sejak lahir. Jadi, masih maukah menjadi penonton tanpa bertarung lebih keras untuk jadi pemain?

Lubang Jepang, Bukittinggi (Sumatra Barat)

Sawahlunto

Sawahlunto kota kecil. Sawahlunto kota tua. Sawahlunto membuka pintu, dan pemuda datang dalam suka dan cita. Aroma tenda dan nasi kotak. Warna pentas seni dan lautan kemewahan karya setiap tangan lihai. Bersandar pada kelelahan, tapi pagi menjemput dengan semangat senam poco-poco. Sabang hingga merauke membuat jejak baru diatas dataran batu bara. Sedikit mengingat kenangan, ada si nona aceh bercerita dalam senyum di pesta hasta karya. Bubur manado merayu petugas kepolisian dan terak-teriak obral barang dagangan. Sedikit saja waktu datang, dan ia membungkus hari-hari dalam tangis perpisahan. Semoga Indonesia dan kekayaanya tidak memudar. Tertanda tulisan pendek si perindu masa 15-21 nov 2017.

Si Ldr

Terlalu berat untuk terus menyayangi dari jarak jauh, namun sebuah kisah yang indah adalah suatu pemberian dari Tuhan.

Berhentilah berbicara soal realistis, kenyataan bisa saja berubah, jika kita sama-sama berjuang untuk rasa ini.

Menulis untuk mereka-mereka yang "LDR"...

Feliks Savero Pattinama 👣👣👣

Come back

Hari yang melelahkan sudah berlalu, dan yang tersisa hanyalah kenangan.
Sampai kita menua dan berambut putih, tetaplah ingatan ini berpadu dalam pikiran dan perasaan kita. Pagi buta dan poco-poco. Tenda biru dan nasi kotak. Nyanyian panjang dan petikan gitar. Lalu panggung besar menjadi tanggung jawab terakhir bagi provinsi yang dibanggakan.

Uda yang gagah dan uni yang cantik, mari belajar dari waktu yang kita pakai selama di rantau. Tetaplah pertahankan harga sayur di pasar. MENA.

By : uda sawahlunto

Berbuah

Sudahkah berbuah

Tanya... tanyakan pada Tuhan siapakah aku.
Tanya... tanyakan Tuhan untuk apa aku ada.
Lihat....lihatlah pada dirimu, apa yang Tuhan telah beri.a
Lihat, Lihatlah pada dirimu, apa yang Tuhan telah anugerahi.
Tatap... tataplah jiwamu, dan temukan talentamu.
Tatap...tataplah nalurimu, dan temukan kesenanganmu.

Talenta dan bakat diciptakan bukan sebagai penghias kehidupan.
Talenta dan bakat diciptakan bukan untuk dikuburkan.

Mengapa mau kalah dan menjadi asing lalu ditertawakan.
Mengapa menutup mimpi lalu jadi patung kehidupan.

Apalah gunanya mengubur talenta dan memarahi Tuhan?
Apalah gunanya jadi penonton dan tak mau memaikan peran.

Hey Kawan muda, jangan kalah. Jangan mau di anggap remeh. Tunjukan bahwa Tuhan layak menerima pujian karena kita mau bertarung. Tunjukan bahwa bahwa Tuhan layak menerima pujian karena kita telah berbuah.

Kameko

Sinar matahari menembus badan bumi, panas dan terbakar.
Bebatuan kecil menempati posisi tanah, kasar dan berdebu.

Senyum sempit membayangi wajah
muda, polos dan datar.
Sepuluh jari mengikuti arahan
tangan, kaku dan kasar.

wanita belum dewasa, jangan minum kameko lalu marahi pencipta.
wanita belum mengerti banyak,w jangan memberang karena belum memenangi mimpi.

Hidup adalah jalur Tuhan, menangis atau tidak , Ia merasa disana. Meminta atau tidak, Ia sudah melepas berkat.

Feliks Pattianama 2017, Lombok NTB.

Jumat, 10 November 2017

Semangat kita

Kita hanya punya beberapa hari saja untuk bertarung di panggung yang sebenarnya. Jangan jenuh bila belum maksimal. Satu saja untuk kita semua ; percayalah bahwa kita bukanlah orang-orang lemah. Kita bisa, & kita sanggup. Keringat dan harapan kita tidaklah sia-sia.

Berdoalah, dan teruslah berjuang.

Sabtu, 04 November 2017

Rindu Pencipta

Sesak memainkan dada
Sesak menyentuh dentuman jantung
Sesak memberi peringatan
Sesak menjelma jadi pisau penyabik nadi

Kesenangan telupa
Kedukaan terbuang
Senyum bagai mati
Keriput bak terpotong pikiran

Rindu kepada Tuhan
Rindu kepada Tuhan
Rindu merindu rindu indu ndu du u
Rinda kepada Pencipta

Jumat, 03 November 2017

Salah paham

   Salah paham sudah menjadi bagian dari setiap manusia. Mereka mereka-reka, dan membuat pemikiran tersendiri. Mereka menyusun kata-kata dalam hati, dan menjadi teman si pemikir negatif. Mereka selalu mengandalkan konsep yang berulang, lalu menyalahkan orang lain dari ketidakbenaran yang mereka anut. Salah paham akan sangat merugikan. Seperti batu kecil yang diremehkan, padahal akan menjatuhkan tubuh mereka sendiri. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat salah paham. Mereka terburu-buru membuat anggapan terhadap seseorang atau suatu kelompok. Mereka tidak senang meneliti kasus, hanya jadi peramal dibalik observasi belaka. Mereka tidak ingin mendengarkan penjelasan yang sebenarnya dari narasumber. Sekalipun telah diberitahu, kebenaran menjadi ketidakbenaran bagi mereka. Menganggap diri paling benar justru adalah kesombongan. Ini harus menjadi perhatian, bahwa kita tidak punya hak untuk menentukan kebenaran hanya berdasarkankan satu pandangan. Kita harus menerima konsep orang dan mempertimbangkan. Kita tidak bisa mengenal orang lain tanpa bergaul dengannya. Kita tidak bisa merasa asinnya laut tanpa meminumnnya. Kita tidak bisa tahu, tanpa belajar.
Kita tidak ditugaskan menjadi peramal, kita ditentukan untuk mengungkap kebenaran. Kita tidak tercipta untuk merakit bom dikepala, dan meledakan diri. Bukalah hati dan dengarkan orang lain. Jangan membuat jembatan kehidupan tanpa tahu fakta dibalik suatu kejadian.

Selamat menjalani akhir pekan.Gbu

By :Feliks

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...