Menikmati suatu kecantikan dengan puja-puji bibir hati. Ombak dan badai mengganggu pikiran, tidak
tenang dan rapuh seperti daun tua yang mengering. Angin besar, angin kecil terbawa jualah kesana-
kemari. Rindu diam-diam, senyum sendiri-sendiri. Sampai kapan menabung perasaan tanpa
mengeluarkan untuk diketahui. Terlalu takutkah akan ditolak? Terlalu takutkah akan dikecewakan?
Lantas hati diciptakan bukan hanya untuk mencintai dalam pikiran saja, tapi perlu eksekusi. Ditolak dan
tidak itu bukan alasan yang sebenarnya dicari, tetapi memperjelas diri bahwa rasa suka dan cinta
bukanlah teori berkepanjangan. Cinta itu memang masalah yang rumit, tapi cinta juga bukan sesuatu
yang terus menerus menjadi ketakutan. Banyak yang bahagia karena cinta, namun tidak sedikit yang
hancur bahkan mencelakai diri. Lalu apa yang sebenarnya harus dilakukan? menurutku perlulah
mengatakan kepada TUHAN untuk mencitai orang yang tepat, supaya tiada bagian untuk kecewa itu
datang, bahkan sakit hatipun enggan mendekat.
Menulis sesuai perasaan, menulis sesuai pengamatan.