Kamis, 21 Juli 2016

PATATAS DAN CAMPADA (Episode 2)

Kira-kira pukul 09:12 WKP (Waktu Karang Panjang), patatas tiba di depan kantornya Campada. Handphone diangkat 45 derajat, dan kemudian jari jempol memencreet tombol *000# untuk mengecek pulsa. Sisa pulsa anda, Rp. -00001. Jika anda tidak puas dengan keputusan kami terhadap pulsa anda  silahkan hubungi kami setelah anda insyaf. Akhirnya patatas berinisiasi untuk melakukan CM. CM adalah program pemberitahuan kepada nomor yang anda tujui untuk menghubungi anda dengan segera. CM adalah simbol dari perhitungan jarak, yang berarti Centi meter. Ada yang lebih bagus dari CM? yang lebih mahal banyak…!!!
Tiba-tiba panggilan masuk berbunyi… saya pikir Campada yang menelepon, padahal Doraemon.
Doraemon  : “Tas, ngana udah mandikan unta ane?”
Patatas  : “Belum Mon. kamu ke tempat cuci mobil saja. Banyak busanya, harum biayanya”
Doraemon : “Fulusnya bagaimana?”
Patatas : “Pecahkan saja gelas ane, ada uang yang ane tabung disitu” 
Doraemon : “cukup kaga?”
Patatas : “Cukup---lah. Kalo tak cukup, cuci kaki, dan ekornya saja. Jangan
       menghamburkan  uang dengan sembarangan. Ingat, di belahan dunia sana, ada 
                             yang menjerit hanya  karena sepiring nasi”.
Doraemon : “Ia, tas. Abis mandikan unta…. ane jadikan gulai saja”
Patatas : “itu ide yang bagus, mon….ane sekilo ya….Sampai jumpa mon,,, ane mau ketemu
    campada dulu”
Doraemon : “Ok tas”
Patatas : “Siap mon”

Beberapa saat setelah Doraemon menelepon,,, campada pun keluar dari kantornya. rupawan sekali dia. Dia memang tumbuhan biji tertutup. Dialah monokotil yang kaya akan kambium. Semoga campada membawa setetes klorofil ; yang dapat patatas gunakan untuk  berfotosintesis. (Sarjana Biologi 2015)
Campada : “Sudah dari tadi, tas?”
Patatas :”Baru seminggu”
Campada : “sudah sembahyang pagi untuk saya?”
Patatas : “Sejak seminggu lalu”
Campada  : Teenk kyu………………….tapi tas, mengapa mukamu pucat,,, kamu atittt?
Patatas : tidak sakit,.. mungkin karena terjebak macet arus mudik tadi.

Patatas segera mengeluarkan ala kadar untuk sarapan pagi nona campada.
“terima kasih banyak,” , kata campada sambil tersenyum.
“Sama-sama,” jawab patatas.
“Sangkaku, kamu tidak akan datang, tas…
“aku datang,” jawab patatas sambil menikmati proses mencongkel tahi hidung.
“Hari ini, saya tidak banyak kerja di kantor, bagaimana kalau kita jalan-jalan”, ajak campada.
“Baiklah, kalau begitu saya yang tentukan tempatnya saja”
“tapi dimana?”, tanya campada dengan mulut melebar.
“Di terminal sana,”…… Patatas meledek.
“Begini tas, bukanya saya tidak mau… tapi saya sering ke terminal. Kalau tidak membeli ikan asar dan colo-colo, berarti saya menjual sayur kongkan atau belimbing masak.”
“Ikuti saya saja…tak usah tawar-menawar.”
“Ya..Iya…Iya…”
Setelah percakapan yang tidak bermanfaat itu terjadi, Campada kembali ke kantor. Patatas pulang ke kandang, saya turun dari belakang.(Penggalang lirik lagu Gembala Sapi).

…Sore hari, ketika patatas sedang menonton film “kuch kuch hota hai”…Campada mengirim sms yang menyatakan bahwa dia sudah pulang dari kantor, dan sementara menunggu patatas di depan lorong Gereja. Patatas lalu mematikan Tv, dengan cara memotong kabel colokannya ; dan kemudian menjemput campada. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tepian pantai dan membagikan angpao. Menurut patatas pantai adalah tempat yang mengagumkan. Ada air laut. Ada ikan mas dan ikan yang kecil-kecil pada mabok (Penggalan lirik diobok-obok).
  Kedua tumbuhan yang beda kasta itu saling bercerita, dan sesekali mereka menyanyikan lagu Indonesia raya….Merdeka…merdeka…
   Kelihatan oleh mereka berdua ; gelombang laut dan arus pencobaan yang berulang menghantam bebatuan. ****BbBbyuuuuuuuuuuuusssssssssssssss****** seketika ; basah kuyuplah kaki mereka berdua. Patatas mencoba mengatakan isi hatinya kepada campada melalui kata-kata yang ia tulis di helaian daun papaya.
“Saya…saya hanya ubi jalar yang asal-usulnya masih diperdebatkan hingga saat ini. Orang-orang menggunakan saya sesuai kebutuhan. Kalbohidrat yang saya hasilkan mereka nikmati, lalu saya menjadi kurus dan kering. Bibir pecah-pecah. Kadang rematik, kadang berbintik ; dan kemudian kamu datang dalam dapur penggorenganku. Kita tertawa berhari-hari. Kita berbagi apa yang ingin kita bagi. Namun satu yang kuminta, agar kita percaya : sampai mujizat menjadi nyata”(penggalang lirik lagu rohani)
(Heninggg……….)
Mendengar kata-kata patatas, campada menangis sampai sesak. Kemudian patatas melanjutkan kata-kata yang tertulis itu lagi…
“Kita ini sudah selalu bersama, kadang makan sepiring, kadang setampa garam dan sedaun sirih.
mula-mula hanya suka, lalu kemudian menjadi cinta. namun semua ini tidak bertahan lama karena saya tahu, kamu sedang mengikat tali percintaan dengan sukung.”
Sebelum berlanjut cerita… mari kita rincikan dulu siapa itu sukung…
  Sukung adalah tumbuhan dengan genus Artocarpus dalam fimili Moraceae yang terdapat di kawasan  tropika seperti Indonesia dan Malaysia (baca di google). Sukung berteman dengan patatas sejak 2 jam yang lalu. Masyarakat tahu bahwa mereka berdua adalah kawan dalam pendidikan.  Masyarakat tahu juga bahwa mereka adalah lawan dalam cinta.
Persoalan klasik yang sering muncul dalam ikatan hati adalah kejujuran. Apakah Campada akan berkata jujur tentang siapa sukung baginya? Ataukah dia membantah setiap kata-kata yang diucapkan oleh patatas?
(berlanjut)

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...