Apakah anda pernah berpacaran? Jika pernah, berarti anda
sudah cukup dewasa untuk melakukan aktivitas cinta. Jika belum pernah, jangan
memaksakan sekali-kali. Adegan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah
mapan dalam bermain rasa ; misalnya saya(hahahahahahaha). Saat ini saya ingin bercerita tentang kisah pertama kali
saya melakukan sebuah hubungan percintaan dengan wanita asing(wanita dari
negara maju dan negara berkembang). Namanya
Shizuka, wanita bermata tidak sipit tapi kelihatan seperti burung pipit.
Wanita tidak terlalu putih, tapi sering membuatku patah hati. Sebelum cerita
ini dilanjutkan, saya ingin mengatakan Saranghaeyo Shizuka (saya cinta kamu,
Shizuka).
Ketika panas terik membakar kulit manusia, hanya saya
sendiri yang tidak merasa takut : saya sudah pakai handbody kok. Langit tua hanya
bisa menjadi patung alam. Cakrawala sedang tidak ingin bermain dengan kawanan awan.
Angin berhembus kencang, masuk telinga kiri, keluar ke telinga kanan
:biisssshhhhh. Dan saya hanyalah seorang insan duniawi yang sedang mencoba
merohani. Saya ingin mencari wanita baik-baik. Wanita yang tidak mengusik jam
tidur siang Ibu mertua. Yang saat petang tiba, sudah berlutut di meja
sembahyang dan berdoa untuk keluarga. Ini hanyalah sebuah harapan yang akan
tercapai di abad ke 22. (ciiiiiiiieeeeeeeeeeeeeee)
Beberapa tahun lalu ketika Zhisuka masih SMA, dan saya masih SD: kita berdua bertemu di depan sekolah yang cukup dikenal di kota ini. Saat itu, semua muda-mudi masih menikmati perjalanan dengan kedua kaki, sambil bergandengan tangan, dan menyanyikan lagu Indonesia raya. Zhisuka memang wanita yang cantik, dan tidak banyak bicara. Tapi ketika Zhisuka lapar, dia lebih cerewet dari ayam betina yang sedang mencari tempat untuk bertelur. Shisuka adalah anak yang kutu buku. Dia lebih senang bermain kutu sambil membaca buku. Otaknya encer, dan penuh dengan urat syaraf. Dia wanita yang suka terseyum, sehingga banyak orang memanggilnya wanita ramah lingkungan. Dengan kharakteristiknya yang demikian, akhirnya saya pun mulai menyukainya.
Sepulang sekolah, seorang wanita lewat di depan sekolah saya (SMA N 2 Ambon) sambil membaca novel Sitti Nurbaya. Matanya terus terarah ke novel, tapi hatinya tersimpan untukku. Saat itu, saya adalah satu dari ratusan siswa pria di sekolah yang suka mengerjai wanita. Saya adalah satu dari ratusan siswa pria di sekolah yang suka merayu wanita. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Beberapa tahun lalu ketika Zhisuka masih SMA, dan saya masih SD: kita berdua bertemu di depan sekolah yang cukup dikenal di kota ini. Saat itu, semua muda-mudi masih menikmati perjalanan dengan kedua kaki, sambil bergandengan tangan, dan menyanyikan lagu Indonesia raya. Zhisuka memang wanita yang cantik, dan tidak banyak bicara. Tapi ketika Zhisuka lapar, dia lebih cerewet dari ayam betina yang sedang mencari tempat untuk bertelur. Shisuka adalah anak yang kutu buku. Dia lebih senang bermain kutu sambil membaca buku. Otaknya encer, dan penuh dengan urat syaraf. Dia wanita yang suka terseyum, sehingga banyak orang memanggilnya wanita ramah lingkungan. Dengan kharakteristiknya yang demikian, akhirnya saya pun mulai menyukainya.
Sepulang sekolah, seorang wanita lewat di depan sekolah saya (SMA N 2 Ambon) sambil membaca novel Sitti Nurbaya. Matanya terus terarah ke novel, tapi hatinya tersimpan untukku. Saat itu, saya adalah satu dari ratusan siswa pria di sekolah yang suka mengerjai wanita. Saya adalah satu dari ratusan siswa pria di sekolah yang suka merayu wanita. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Saya menyapanya ketika dia berjalan mendekati tempat duduk
saya bersama dengan teman-teman. “selamat siang nona”. Dia menghentikan kaki untanya,
dan menatap saya sambil berkata : “selamat siang juga”. Dia kembali membaca
novelnya, dan berjalan terus kedepan. Saya tidak ingin bercakap-cakap dengannya,
selain dari pada menyapanya saja.
Dan pertanyaan pun muncul dalam hati saya, “Siapakah
wanita itu”? “Apakah dia adalah bawang putih, anak semata wayang Raja Firaun
dari mesir? “Dan untuk apa dia disini?”
Sambil bertanya kepada hati kecil, saya terus meliriknya
hingga dia hilang dari pandangan mata. “Ouh, disitu rumahnya”. “ternyata
rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah saya”.
Tanpa memikirkannya lagi, saya kembali melanjutkan percakapan dengan
para imigran gelap (teman-teman sekolah). Seorang Pria tinggi, berbadan tegak
teguh datang dan menghampiri kami ber-enam yang sedang duduk.
“Kalvin !”(salah satu teman
komplotanku), “Ya, Om Roy”.“Om Roy ingin berbicara sesuatu” Kalvin dan Omnya berbicara sedikit jauh dari tempat kami
berkumpul.
Dia kembali dan berkata : “Kawan-kawanku yang belum kawin, Omku
meminta tolong kalian untuk mengangkat kursi yang ada di dalam mobil pick-up
ini untuk di bawah ke rumah di ujung
jalan sana”.”Ok, baiklah” (jawabku)
Kami ber-enam mulai
mengangkat kursi, dan membawanya ke rumah didepan jalan. “astaga itu rumah
wanita tadi” Ia, betul itu rumahnya” “aghh maju saja, maju demi membantu orang”.
“Kalau dia yang membuka pintu saya langsung akan berkenalan dengannya”
Tok,tok,tok…” Permisi, selamat siang” (kalvin mengetok dan menyapa yang punya rumah”)
Tok,tok,tok…” Permisi, selamat siang” (kalvin mengetok dan menyapa yang punya rumah”)
Saya berdiri agak ke belakang, bersama teman-teman lainnya. “elif,
elif, buka pintu di depan ada orang yang mengetuk pintu itu.(suara dari dalam
rumah)
“elif???”. “bukankah elif ada
di turki saat ini?” (tanya saya)
Wanita cantik yang lewat di depan sekolah tadi, tiba-tiba membuka pintu…
“Benar itu dia”…semua yang mengangkat kursi buyar melihat kecantikannya… pakaian rumah membuatnya semakin menarik. “alamak, beauty sekali”
“Selamat siang, ada apa ya?” (Zhisuka yang biasa di panggil Elif bertanya)
Wanita cantik yang lewat di depan sekolah tadi, tiba-tiba membuka pintu…
“Benar itu dia”…semua yang mengangkat kursi buyar melihat kecantikannya… pakaian rumah membuatnya semakin menarik. “alamak, beauty sekali”
“Selamat siang, ada apa ya?” (Zhisuka yang biasa di panggil Elif bertanya)
“Kami disuruh Omnya Kalvin untuk membawa kursi ke disini” (Saya yang
menanggapi)
“Kursi,? Ia mari silahkan taruh di sudut sana saja”…
“Kursi,? Ia mari silahkan taruh di sudut sana saja”…
kami satu persatu masuk ke dalam rumah sambil mengangkat
kursi yang ada di tangan kami. Kalvin yang pertama, saya di urutan ke dua, dan
teman-teman lain melanjutkan. Giliran saya yang mengangkat kursi, saya langsung
menginjak kaki wanita itu. Apakah ini unsur kesengajaan ataupun tidak, saya telah
memberi 2 kesan di hari ini ; menyapanya dengan halus, dan menginjak kakinya dengan
sedikit lebih halus”
“Maaf, saya tidak lihat”
“tidak apa-apa”, “Kamu yang tadi menyapaku di depan sekolah”???
“Ia, tadi itu saya”
“Maaf, saya tidak lihat”
“tidak apa-apa”, “Kamu yang tadi menyapaku di depan sekolah”???
“Ia, tadi itu saya”
Dia menatap saya, dan tersenyum…
Sungguh, tatapannya membuat kursi yang berat itu terasa ringan.
Matanya seperti cahaya lilin kue ulang tahun...
Alisnya seperti ilmu matematika dan logaritma…
Congkak pipinya seperti tikungan jalan Vatikan…
Hidungnya seperti harta karun terpendam di dasar laut…
Apa sebabnya saya menjadi mabuk secepat ini???...
sadar, sadarlah…ini bukan mabuk alkohol, ini mabuk karena terpesona…
Setelah menaruh kursi, saya segera menghampirinya…
“Saya mengarahkan tangan dekat tangannya, dan bersuara ;
“Perkenalkan Saya Feliks…”
“Saya Zhisuka” Dia menjawab, sambil berjabat tangan denganku…
Teman-temanku serempak melepaskan suara ejekan, “ehm-ehmm”
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
Matanya seperti cahaya lilin kue ulang tahun...
Alisnya seperti ilmu matematika dan logaritma…
Congkak pipinya seperti tikungan jalan Vatikan…
Hidungnya seperti harta karun terpendam di dasar laut…
Apa sebabnya saya menjadi mabuk secepat ini???...
sadar, sadarlah…ini bukan mabuk alkohol, ini mabuk karena terpesona…
Setelah menaruh kursi, saya segera menghampirinya…
“Saya mengarahkan tangan dekat tangannya, dan bersuara ;
“Perkenalkan Saya Feliks…”
“Saya Zhisuka” Dia menjawab, sambil berjabat tangan denganku…
Teman-temanku serempak melepaskan suara ejekan, “ehm-ehmm”
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….