Kamis, 21 Juli 2016

SAYA CINTA NIRMALA

Setelah lulus dari SD KRISTEN BELSO B2  selama kurang lebih 16 tahun (sungguh mengada-ngada) ; Saya melanjutkan studi pada SMP NEGERI 1 AMBON. Jarak antara kedua sekolah ini tidak terlalu jauh. jalanya lebih sedikit menanjak, namun tidak terinjak. Sekali tikungan, langsung garis finish. Pada masa abad kejayaan, saya diantar oleh Eyang kakung untuk memasukan berkas-berkas yang diinformasikan kepada para pelamar. Tak ada tes sebagai syarat kelulusan. Yang harus disiapkan hanya uang seringgit, dan sertifikat tanah rantau, sebagai jaminan untuk masa tua.
  Hampir semua teman  sekelas saya di SD melamar juga di SMP yang sama dengan saya. Tetapi, tak satupun dari mereka sekelas dengan saya sampai hari kiamat. Kami terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing dengan kapal baru. Masing-masing dengan teman baru. Masing-masing menggandeng ehem-ehem baru.
  Adapatasi…Adapatasi sudah menjadi tugas masing-masing untuk tidak tereliminasi.  Inilah jenjang baru.  Jenjang yang sedikit lebih tinggi dari SD, dan sedikit lebih pendek dari SMA. Sudah tidak main ingus lagi. Sudah tidak latihan membaca dan menulis. Tidak belajar satu tambah satu. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah ; tidak bisa mengambil contekan dari dalam tas wanita berdarah Belanda. Entah dimana dia saat ini. Terakhir kali saya melihatnya duduk di belakang gawang mini tim nas Prancis, sambil minum segelas ale-ale. Setelah itu tidak dia muncul lagi. Semoga tidak. Semoga jangan. Salam olahraga untukmu, MANTAN.
   Persoalan berfikir juga harus juga dikembangkan. Karena warna celana seragam tidak merah lagi, tetapi biru. Jadi, berpindah jenjang adalah berganti warna celana seragam. (ada-ada saja). Setelah resmi menjadi siswa SMP, maka saya dicebloskan ke dalam kelas tujuh-tujuh (VII.7). Semua siswa-siswi di kelas ini adalah manusia ciptaan baru. Seorangpun tidak saya kenali. Muka mereka benar-benar sangar. Berotot, dan suka melotot. Lama-kelamaan saya sadar ; ternyata mereka semua lebih culun dari pada saya. Mereka Lebih sensitif. Berfikir negatif. Sedikit agresif. Kadang-kadang suka berada di kelas eksekutif.
Setelah latar belakang cerita ini disampaikan, marilah kita masuk pada bagian pembahasan. Lagi-lagi tentang wanita. Karena pria lebih senang berbicara tentang wanita. Tetapi tidak bagi mereka. Wanita lebih senang berbicara tentang pakaian, arisan, atau bahkan manisan : sehingga mereka gampang untuk mimisan. Kurangnya mental pria saat ini, sehingga wanita lebih memilih untuk diam, dan tidur dalam kelambu. Beberapa dari pria Shaman sehkarang lebih suka bermain boneka dari pada mengangkat barbel. lebih senang mengecat kuku, daripada mencari kutu. Sebagai lelaki yang takut  akan Tuhan, jauhi segala yang jahat. Jangan membuat wanita menangis. Kalau tidak suka katakan tidak suka. Jangan membuat mereka baper (bawa perdamaian). Jika tidak cinta katakan sampe jua/ atau katakan KING(permainan bingo). Binatang sakit hati, wanita sakit batin. Jika batin tersiksa, siapa yang berani memperbaiki? Tak-ada. Tak ada yang mampu melakukannya.
Sejak SD hingga SMP, tak ada satupun kasus yang pernah saya lakukan sehingga mencoreng wajah keluarga dan sanak saudara. Saya anak yang pendiam, dan sangat ramah.  Saya murah senyum, dan murah meriah. Saya dapat ditemukan di toko-toko terdekat. Promonya sampai bulan depan saja.MCM atau ACC sudah mulai menjual separuh senyum saya.

  Lingkungan SMP, tidak berbeda jauh dengan SD. Sama-sama punya atap. Sama-sama punya guru. Sama-sama punya kantin. Sama-sama bisa menemukan calon pengantin untuk kesejahteraan bahtera rumah tangga. AMIN.

  Karena disekolah ini ada wanita, berarti ada kisah, dan ada cerita. Ada kepentingan jasmani. Ada kepentingan rohani. Kepentingan rohani berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan. Saling toleransi, dan tidak membeda-bedakan SARA. Sebaliknya kepentingan  jasmani berhubungan dengan sesuatu yang nampak didepan kita.

  Ini tentang Nirmala(nama dan suara disamarkan). Nirmala wanita yang baik. Dia tidak membuat kopi dengan sianida, apalagi vaksin palsu. Nirmala memiliki rambut yang panjang dari kaki hingga kepala.  Bertato 2016 di dada. Sejak SD sampai SMP dia tidak pernah mengguting rambut. Karena biasanya pak bondan yang menggunting rambutnya. Nirmala wanita yang pintar. Setiap kali ujian, ia selalu mendapat nilai sebelas (11). Sungguh angka yang berlebihan. Karena merasa pintar, ia sangat sulit didekati. Tapi tidak bagi Feliks. Tetangga saja terpojok, apalagi Nirmala. Karena Feliks tak mendekati dengan wanita kesombongan, tapi dengan santun. Saling memberi salam, dan saling menghormati satu dengan yang lain.
  Nirmala tidak sekelas dengan saya. Dia kelas Akselersi( anak-anak dengan kepintaran diatas rata-rata).  Saya kelas selebrasi (  anak dengan kepintaran di atas bukit duri cempaka putih).
Suatu ketika, para juara kelas dipertemukan untuk diaduk dengan gula ¼ sendok makan. Disitulah awalnya saya tahu nama dan rupa Nirmala. Sebelum tes dimulai, para juara kelas diperintahkan untuk memperkenalkan diri dilapangan basket. Abjad A sampai E sudah sudah mengeksekusikan tendangan. Giliran saya dengan konsonan huruf  F maju dan menjual suara.
“Nama saya Feliks, anak dari Bapak T… dan Ibu I…”. Saya beragama Kristen, dan Saya siap untuk mengikuti tes ini.”
Gelombang laut silih berganti, sehingga sampailah pada peserta berikut dengan nada dasar N, atas nama Nirmala.
Dia maju dan memperkenalkan kepribadiannya.
“Nama nama saya Nirmala, tetangga dari upin-ipin di Malasya. Saya sedang berada pada Zona J( Jomblo), adakah yang mau menikah dengan saya tahun depan?
Kata-katanya membuat saya berurai air panas. Hu…. Wanita ini. Sungguh dewasa pikirannya. Baru berkenalan saja, sudah hendak menikah. Apalah kata orang-orang nanti, jika isu ini segera tersebar di Facebook .
Saya memukul meja, dan berteriak keras . . .
Feliks : “Sabar nona…sabar.. Kakakmu masih terlalu muda untuk menanggung cinta ini. bila hendak bertemu, bertemu saja di kandang belakang, dan kita bicarakan dengan bijak. Tak usalah meminta pernikahan dengan segera, sebab kita disini untuk mengikuti ujian.”
Nirmala : “Tuan muda Pattinama… Adikmu ini harus mencari pria yang berani memengang janji. Kalau kau tak sudi, mengapa kamu datang semalam dan bertemu dengan ayahanda?”
Feliks  : “Ayahanda mengirim surat, dan meminta kakanda  untuk membeli sebungkus rokok surya enam belas(16). Hanya itu yang kakanda lakukan, hai permata intanku”
Budi  ;”Kalian seperti bocah taman kanak-kanak. Bocah… dasar bocah… Mengapa kalian bertengkar karena CINTA? bukankah sudah seminggu CINTA tak masuk sekolah? Janganlah marah karena hamba memotong pembicaraan kalian. Tapi ini ruang untuk ujian. Sudah tak bawa contekan, malah saling bertengkar. Bocah… dasar bocah…
(Bersambung)…

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...