Rabu, 02 Mei 2018

Dokter Kasih

Berbicara soal kasih, berbicara soal kepedulian, berbicara soal pembuktian, semua itu adalah
satu paket dari kebaikan yang sebenarnya. Dalam perjalanan ini, kita akan temukan orang yang sulit
melihat penderitaan orang lain; sekalipun mau peduli, tetapi itu tidak menjadi kebiasaan. Atau bila
menjadi baik, maka dengan siapa dan untuk apa dia harus berbuat baik, harus ada alasan barulah ia
melakukan kebaikan. Berbeda dengan orang yang benar-benar mengikat dirinya untuk hidup dalam
kasih tanpa syarat. Mereka ini terhitung dalam jumlah yang semakin kecil, tetapi mereka ada untuk
meneruskan pekerjaan Tuhan. Ketika kamu bertemu dengan orang yang demikian, barulah kamu
menyadari bahwa manusia berhati malaikat tetap menjalani rutinitas mereka yang semakin diabaikan
oleh manusia lain.
Ibu Melinda menjadi sosok yang begitu menginspirasi, sekaligus memotivasi ; sehingga patutlah
saya bersyukur karena dapat bertemu dengan beliau. Ia adalah seorang Ibu yang menaruh perhatian
pada penderita penyakit “Kanker dan Tumor”. Ia terus menabur, sambil menyemangati penderita
penyakit yang ganas ini. Saya tidak tahu sudah berapa banyak kebaikan yang Ia lakukan, tetapi ini
menjadi sesuatu yang menarik untuk kita renungkan.
Ia adalah “dokter kasih” menurut saya, mengapa? Ia tahu bahwa kehidupan itu begitu penting
bagi penderita penyakit K&T, sehingga dalam penderitaan mereka, ia hadir dan melakukan apapun
sebisa yang ia perjuangkan. Ia melakukannya dengan tulus, sehingga dalam percakapan yang singkat,
sorot matanya pun ikut berbicara dalam kegelisahan hatinya mengenai penderita penyakit K&T. Benar
apa yang teman saya katakan, dan itu sama seperti apa yang saya lihat saat pembicaraan malam itu.
Ibu Melinda selalu bermimpi penderita penyakit K&T, dapat sembuh dan menjalani hidup
seperti biasa. Ia punya harapan yang besar, setiap kali ia berjuang. Ia punya tekad yang kuat, setiap kali
ia hampiri kesedihan mereka. Ini sudah seperti pekerjaan baginya, pekerjaan tanpa pamrih. Begitulah ia
memilih jalan ini. Ia berkunjung untuk menguatkan, dan memberi semangat. Ia melayani tanpa memilih-
milih. Belas kasihan yang besar mendorongnya untuk menyuarakan kepada kita bahwa kita bisa menjadi
penolong bagi mereka. Ketika orang-orang sedang sibuk dengan memuaskan diri, ia menempuh jalan
lain dengan mengisi hari-harinya dalam tantangan yang tidak gampang. TUHAN selalu ada bagi orang
yang baik dan benar. TUHAN tidak membiarkan kaki kita goyah, begitu juga bagi Ibu Melinda.
Lebih-lebihnya kita, jangan lupakan akan mereka yang menderita. Lebih-lebihnya kita, marilah
berpihak dan ikut dalam melakukan kebaikan dan kasih. Bentuk kasih adalah pemberian, semangat, dan
doa. Kita jangan merasa bahagia terlalu, sehingga melupakan yang tidak berbahagia. Tertawa terlalu,
sehingga lupa kepada mereka yang tidak berani untuk tertawa. Senyum dalam sombong, lalu abaikan
tangan yang mengharap kebaikan kita. Hidup memberi dua jalan untuk kita pilih, menjadi peduli atau
tidak. Menjadi sayang ataukah tidak. Menjadi pendoa ataukah tidak. Semoga kita semakin sering
menabur, semakin sering memberi. Sedikit atau banyak ambilah dan memberilah. Beri semangat, dan
teruslah berdoa demi kehidupan ini.
Terima kasih Ibu Melinda…

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...