Jumat, 29 Juli 2016

Patatas dan Campada (Episode terakhir)

Pagi itu, suasana kota begitu cerah. Eyang matahari yang telah lanjut usia tetap sibuk untuk menerangi dunia ini. Anak-anak awan yang polos  hatinya ; berlarian mengikuti arah mata angin. Burung-burung berkicau di atas pohon cemara, dan sesekali mereka mengejek para kucing yang hobinya mencuri tulang-belulang ikan cakalang. Ayam-ayam berjejer di luar kandang, sambil menantikan waktu eksekusi mati mereka. Apakah ayam-ayam ini terjaring dalam kelompok ayam-ayam pengedar narkotika? Ataukah mereka hanya sekedar penikmat mata pelajaran matematika? Sesungguhnya hanya para peternak yang tahu. hanya para peternak yang tahu…
Di sebuah gubuk sederhana, di wilayah Karang Panjang Ambon, hiduplah seorang muda bersama keluarga kecilnya. Pemuda ini adalah penulis tentang cerita patatas dan campada. Badanya langsing, dilingkari otot kawat dan tulang besi. Rambutnya panjang, dan dipelihara hingga pendek dan tebal. Kulitnya sawo matang, dan siap untuk dihidangkan bersama telur dadar. Tingginya tidak lebih dari sepuluh meter. Pendeknya tidak kurang dari dua kilo meter. Menurut penuturan di atas nyatalah bahwa di adalah seorang manusia yang lugu dan taat beragama.
Sebuah meja bambu kecil adalah tempat penulis melepaskan semua tekanan yang ia pikirkan. Buku putih bergaris yang dipenuhi dengan gambar-gambar abstrack, adalah bukti dari setiap tulisanya.
Lalu, dari manakah kita akan mengakhiri cerita ini? Tentu saja dari paragraph selanjutnya…”S.E.L.A.M.A.T M.E.M.B.A.C.A”
Campada menghubungi patatas satu hari sebelum hari ulang tahunya. Ia ingin  patatas  membantunya mempersiapkan segala sesuatu yang telah ia rencanakan. Dan percakapan dari telepong genggam pun terjadi …
Campada  : “Selamat pagi Patatas”
Patatas :”Selamat Malam Campada”
Campada  : “Boleh minta tolong?”
Patatas : “ia silahkan”
Campada : “Begini tas ; besok-kan hari ulang tahunku. Aku hendak merayakannya di panti
    asuhan. Disana ada sebuah pianika lama yang jarang dipergunakan. Maukah
                              kamu datang dan meniupnya untuk mengiringi acara ulang tahunku?
Patatas : “bisa bengkak babi nantinya bila aku meniupnya”
Campada : “nanti aku bawakan dokter spesialis bengkak babi, biar kamu segera diobati”
Patatas : “honornya”?
Campada : “Cintaku sudah cukup untuk membayarnya”
Patatas : “Mau belanja di toko dan supermarket pakai Cinta?”
Campada : “Ia pakai… cinta,,, biar ditampar…hahahahahahaha”
Patatas : “lagu-lagu untuk acaranya apa-apa saja?”
Campada : “nanti aku hubungi temanku dulu. Dia pengatur sound-system sekaligus
     Pemandu wisata. Tapi tas, sibukkah kamu hari ini?
Patatas : “Tidak..tidak…sibuk, mengapa”?
Campada : “datanglah hari ini, dan chek-up dulu kondisi pianikanya, sekaligus temani aku
     mendekorasi ruangannya untuk besok hari?”
Patatas : “baiklah, nanti hubungi aku saja bila hendak ke panti asuhan”
Campada : “Terima kasih”
Patatas : “sama-sama”
Lega rasanya hati campada, karena patatas bisa selalu ada untuknya. Patatas memang ubi jalar yang baik. Walaupun diduga berasal dari benua Amerika, namun patatas tak pernah memilih untuk siapa dia harus menyebarkan kebaikannya.
Tepat jam tujuh malam, patatas keluar dari rumah. Dengan segera, dikendarainya unta kesayangan yang selalu ia gunakan kemana-mana. Untanya dihadiahkan oleh saudaranya yang sedang belibur di Arab Saudi. Untuk dapat bertahan hidup, si unta diberi bensin, oli mesin, dan oli gardan (transmisi). Sesekali jika bosan dengan makanan pokok, si unta diberi nasi kuning dan es teh manis. Kalau patatas belum gajian, pastilah hanya diberi sagu merah dan kacang bawang.
  Patatas tiba di panti depan panti asuhan, dan segera menelepon campada…
“nona di ruangan mana? aku sudah di depan panti sekarang” kata patatas.
“tunggu sebentar”. campada lalu keluar dari salah satu ruangan dan menemui patatas.
Belum berkata apa-apa, patatas lalu mengeluarkan sebuah hadiah kecil dari dalam saku sweaternya, dan memberikannya kepada campada.
“Besok-kan ulang tahunmu, lebih baik aku berikan hadiah ini kepadamu lebih dulu sebelum basi. Selamat ulang tahun campada, semoga menjadi nenek sihir yang cantik dan takut akan Tuhan”.
Apakah anda ingin tahu apa isi kado patatas kepada campada?
Tanyakan saja kepada campada…semoga dia dapat memberitahukannya.
  “terima kasih tas, mari masuk dulu ke ruangan. (Sambil menunjukan lokasi proyek dekorasi ruangan ultah)
“nanti saja baru aku masuk, aku ingin melihat-lihat dulu”. Patatas mencoba cuek.
“Kamu tahu tempat jual double tip” tanya campada.
“Ia, aku tahu. tempatnya tidak jauh dari sini”. Kata Patatas.
“temani aku membeli double tip, aku lupa membawanya dari rumah. Kata campada sambil memohon.
“Berikan uangnya saja, nanti aku yang membelinya”.
Campada lalu membuka celengan kesayangannya dan memberikan selembar daun kelor pecahan lima puluh ribu rupiah.
“ini hasil tabunganku selama setahun ; jangan coba-coba korupsi sepeserpun. Aku tak melihat, tetapi mata Tuhan ada dimana” (campada memberi wangsiat)
Segerahlah patatas pergi untuk membeli double tip yang diperlukan untuk mengelem atribut ulang tahun campada.
Setelah patatas membeli double tip, ia lalu menemui campada di ruangan dekorasi.
Patatas tak menyangka bahwa awal dari kehancuran cintanya dimulai dari tempat itu.
Patatas mengetok pintu, dan campada membukanya. Ketika ia masuk sambil memandangi berbagai atribut yang sementara dipasang ; diputarnya batang lehernya ke bagian belakang ruangan. Astaga naga. Naga ber-astaga. Ada sukung di situ. sukung dan dua teman campada. Asam garam apalagi yang harus aku telan. Mengapa? Mengapa?
“aku harus professional” (patatas berbisik dalam hatinya)… hampir-hampir rebahlah dirinya melihat sukung. Akan tetapi patatas harus tegak berdiri. Kaki kiri dan kananya menjadi gemetar. Jika tidak berkuat doa, pastilah air kencing sudah membasahi celananya.
Bagi yang belum paham mari saya jelaskan.
Sukung adalah kawan Patatas di bangku pendidikan, namun sukung merupakan lawannya dalam bangku percintaan. Ancungkan tangan ke atas bila belum mengerti.
Campada menunjukan pianika listrik untuk dimainkan oleh patatas. Karena patatas paham akan kondisi yang sedang terjadi, maka ia memainkan lagu-lagu yang slow bercampur Rnb.
“Ini pianika yang bagus” (patatas berbicara kepada dirinya sendiri).
Beberapa saat kemudian Campada pergi dengan sukung, lalu ditinggalkannya Patatas bersama dua teman campada itu. Salah satu wanita dari teman campada, adalah teman Smp patatas dulu, namanya terang bulang (nama dan suara disamarkan). Yang satunya lagi adalah teman kuliah campada; namanya pisang gepe (nama dan suara dimanipulasikan).
Paras dari terang bulan tidaklah berubah sampai sekarang. Yang membedakan hanya, terang bulan telah memakai properti kaca mata saja. Soal rasa, tidaklah berbeda jauh. masih seperti dulu ; rasa cokelat kacang, dan susu kental manis. Harganya tetap stabil, mulai dari dua puluh ribu – hingga puluh-puluh ribu.
Tentang pisang gepe, patatas tidaklah tahu. yang nampak di depan mata, hanya tinggi tubuhnya. Putih kulitnya, dan sipit matanya. Soal rasa dan harga, patatas harus lebih banyak membaca pada buku resep aneka gorengan nusantara.
Sambil memainkan pianika dengan kesepuluh jari ; patatas membuka pembicaraan dengan kedua wanita tersebut, untuk menetralisir salah paham yang sedang meracuni otaknya.
Sekembalinya campada dengan sukung, maka patatas pun mengakhiri permainan pianikanya. Menurut patatas ; pianika ini sudah memiliki standar simphoni nada-nada yang cukup untuk acara ulang tahun campada di hari esok. Patatas ingin pulang, tetapi kedua kaki seksinya diborgol sampai dekorasi ruangan selesai.
Setelah ruangan di dekorasi dengan begitu megah ; maka kelima gorengan itu melangkah pulang. Ditempat parkir hanya ada dua motor, sedangkan ada tiga penumpang wanita. Patatas dan sukung bersepakat untuk menggonceng siapa lebih dulu ke pangkalan ojek terdekat. Namun bila dipikir lebih jauh, pasti ada satu penumpang yang tertinggal. Memang lokasi panti asuhan adalah lokasi yang jarang dilalui oleh kendaraan. Jalannya sunyi, dan gelap. Kalau Pak Supir dari campada tidak pulang, pastilah mereka bertiga sudah aman di dalam mobil.
Akhirnya sukung membonceng terang bulan, dan pisang gepe(bodu). Patatas membonceng campada(bosa).
Sekilas informasi tentang bonceng - membonceng adalah sebagai berikut :
-Bosa (bonceng satu) : satu pengendara - satu penumpang
-Bodu (Bonceng dua)   : satu pengendara -  dua penumpang
-Boti  (Bonceng tiga)   : satu pengendara -  tiga penumpang
-Boma (Bonceng semua)  : satu pengendara -  sejuta penumpang.
Belum seperdua jalan, tiba-tiba seorang pengendara motor pun lewat. Dan kami memberhentikannya. Pengendara motor itu (tukang ojek) memboceng pisang gepe. Lalu terang bulan yang dibonceng sukung pun meminta untuk bertukar tempat. Terang bulang ingin dibonceng oleh patatas, kemudian Ia meminta sukung yang membonceng campada. Entah drama adu penalti apa yang telah dirancang oleh terang bulan. Patatas belum diberitahu…
Tiga motor - tiga penumpang melaju perlahan ke tempat tujuan ; ditiupkan angin malam yang menusuk cela-cela ketiak.
In the middle of the trip (di tengah perjalanan) terang bulan membuka tabir rahasia yang telah difirasatkan oleh patatas.
“Nyong patatas, kamu tahu mengapa saya harus meminta untuk dibonceng olehmu,  bukan sukun?” tanya terang bulan
“Mengapa tebu  (terang bulan)???’’ balas patatas.
“Saya merasa tidak enak…campada-kan pacarnya sukung. Biarkan mereka berbonceng bersama saja.”
“benarkah?” Tanya patatas lagi…
Lalu terang bulanpun bercerita kepada patatas, tentang hubungan campada dengan sukung .
Maka sadarlah patatas bahwa memendam tanpa mengatakan adalah perih.
Maka sadarlah patatas bahwa menyatakan cinta tanpa membalas cinta adalah peluru yang mematikan mental.
Kemudian mereka mengganti topik pembicaraan lain, tetapi pikiran patatas hanya tertuju pada hal yang menyakitinya itu. Hampir-hampir patatas menabrak dua puluh dua ekor semut yang sedang menyebrang. Hampir. Dan hampir.
Bertanyalah patatas dalam hati kecilnya…
Mengapa campada tak pernah mengatakan yang sejujurnya?
Bagaimana mungkin Patatas tidak percaya kepada terang bulan. Terang bulan adalah teman terbaik campada, yang juga adalah teman smp patatas…
Akhirnya kami ber-enam tiba di halte bis utama. Masing-masing penumpang yang dibonceng turun, dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.
Sesampainya dirumah, patatas lalu menulis puisi demikian ;

Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal berkata jujur.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengatakan kebenaran.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu hanya tinggal mengungkap fakta.
Mengapa hukuman cinta harus datang kepadaku?
Padahal kamu masih ingin bersandiwara..
Lantas siapa yang harus kutangisi kembali? Kau? Ataukah Cinta?
Mengapa menista dengan tatapan?
Mengapa menista dengan senyuman?
Mengapa menista dengan tawa?
Sehingga hukuman cinta harus kudapat...
Maka aku harus memutuskan untuk tidak tenggelam dalam lautan asmara yang begitu luas dan mengerikan...

Keesokan harinya, patatas pergi mengiringi acara ulang tahunnya campada yang di selenggarakan di panti asuhan itu. Dilihatnya lagi sukung yang adalah kawan pendidikannya datang.  Acaranya dimulai dengan puji-pujian, Khotbah singkat, kemudian upacara meniup lilin ulang tahun yang  telah dihias diatas potongan kue campada.
Tak sepata katapun dikeluarkan patatas, selain tersenyum dan memandang kearah muda-mudi cilik yang telah kehilangan ayah dan ibu mereka.
Anak-anak yatim dan piatu ini saja masih  bisa tertawa. Masih bisa  bergembira.
Masih ingin bahagia. Bagaimana dengan patatas yang hanya kehilangan orang yang tidak mencintainya? Bagaimana dengan patatas yang hanya kehilangan orang yang tidak menginginkannya?

Tamat...

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...