Setelah
menurunkan Hawa tepat disisi jalan, separuh jiwa ini pergi (penggalang lirik
lagu Anang.H). Harapan yang saya tabung selama masa kanak-kanak lenyap bagai
kilat di atas awan. Sudahlah Kaka Feliks(untuk ke-2 kalinya Adam menyebut nama
aslinya), jam sembilan malam kamu akan menjemputnya lagi. Kalian akan bertemu.
Kalian akan bercerita. Kalian akan berbagi adonan kue. Jadi, lebih baik segera
kembali dan siapkan dasi kupu-kupu untuk pertemuan nanti malam. Kemeja harus
distrika dan diberi pengharum molto 200ml. Rp.5.000 didalam dompet cukup untuk
makan malam kita berdua. Adam tidak boleh terlihat terlalu tampan. Adam harus
biasa-biasa saja. nantinya tak ada kesempatan lagi bagi Hawa lain untuk
mendekati Adam. Ada yang harus Adam bersihkan, sebongkel gula-gula karet yang
merekat di bawah sepatu. mengenai ketek, rexona perlu dibilas di atas
permukaannya. Hawa bisa keracunan jika lupa mengusapnya. kalau persiapan sudah
matang, maka setiap manusia tak boleh lupa untuk berdoa. Malam ini Tuhan akan
bersama dengan kita berdua, hawa. Tuhan akan merangkaikan kata cinta didalam
pikiranku untukmu. Kamu akan mengalir di dalam sungaiku, dan kita akan
menangkap ikan koki untuk sajian makan malam yang indah.
Jika hari sudah petang sapi pulang ke kandang,
saya turut dari belakang. Nah, inilah malam yang saya nantikan. Mari bertemu
dan memanjakan mata. Mari bertemu dan bertukar kritik. Mari bertemu dan saling
menunduk. Jam delapan lewat lima puluh malam saya menelpon Hawa.
Adam :
selamat malam kupu-kupu kertas
Hawa : Selamat
malam kunang-kunang tembaga
Adam :
Seperti janjimu, saya harus menghubungimu jam sembilan malam
Hawa :Ini
adam? Ataukah Feliks?
Adam : Saya feliks, yang menyamar sebagai adam.
Hawa : Ouh,
ya? Kali ini saya akan panggil Feliks saja. kamu sudah siap untuk menjemputku?
Adam : tenang saja, Singa-singa sudah saya persiapkan
tapi kuda kesayangan yang akan mengantarkan kita berdua.
Hawa : sebelum jam dua belas malam saya sudah harus
berada di asrama, feliks…
Adam : Mengapa demikian?
Hawa : Kamu tahu cerita cindirella dengan kereta
kencana? Saya akan seperti itu nanti malam
Adam : jangan bergurau kamu
Hawa : percaya saja, saya tak mungkin berbohong,
saya hanya tak ingin berkata jujur. Saya tunggu di depan gerbang asrama
sekarang.
Adam : Baiklah, sampai nanti. Selamat natal dan
tahun baru.
Hawa : Selamat Natal dan tahun baru juga.
Adam telah
siap. Tak ada lagi yang dapat menghalangi perjalanan indah malam ini. Ruangan
kosong Lab Zoology siap jadi tempat yang aman untuk mendoakan perjalanan Adam
dan Hawa. Dengan kalimat yang tertuang, Adam mengungkapkan isi hatinya. “Ya Tuhan yang punya kehidupan ini, terima
kasih untuk semua yang telah Engkau lakukan dalam setiap langkahku. Aku
bersyukur karena Engkau telah mempertemukanku dengan wanita yang tidak hanya
hamba impikan, namun wanita yang hampa khayalkan setiap hamba tidak sedang
sibuk dengan penelitian ini. bagi pria lain dia mungkin adalah wanita yang
biasa-biasa saja, namun bagi hamba dia adalah kesempurnaan yang melekatkan
hamba denganMu. Malam ini dia yang mengajak hamba untuk bertemu. Dan hamba tak
ingin gugup, bahkan gemetar bila melihat kecantikannya. Lindungilah kami berdua
di dalam perjalanan ini. biar kami tiba dengan aman dan menikmati apa yang
telah disediakan bagi kami. Dan malam ini, semoga dia dapat sedikit saja merasa
nyaman dengan kehadiran hamba. Untukmu Ya Tuhan, Hamba berdoa. Amin”
Adam
mengangkat kalung salib yang melingkar di lehernya, dan menciumnya sekali saja.
Semoga Tuhan menyertai perjalananku bersama dia…
Adam
menunggangi kudanya menuju asrama milik hawa, dengan rasa berkobar-kobar adam
melaju kencang seperti angin topan. Adam sungguh tampan, dan hawa tidak terlalu
tampan. Hawa sungguh cantik, dan adam tidak terlalu cantik(bahasa yang aneh).
“Selamat
malam Putri Asrama, Selamat malam Putri(………..) kamu sungguh hawa yang saya cari.kamu
sungguh cantik malam ini. Semoga di hari tua nanti kamu tetap secantik hari
saat ini.Kalau sudah hampir jam dua belas malam, segera kabari saya. Saya tak
ingin kamu pulang terburu-buru dan melupakan sepatu kacamu(adam memulai
percakapan)”. “Adam, semoga malam ini saya berani berbicara sedikit mengenai
cerita saya. Lambaikan tangan ke kamera jika kamu sudah tidak tahan dengan
gangguan dari dunia lain”(hawa menyapa balik). Hawa naik tepat di belakang, dan
adam menjalankan kudanya kembali. “mau pergi kemana kita?” (adam bertanya)
“tidak jauh dari tempat yang tadi diberhentikan olehmu” (hawa menjawab).
Kira-kira
pukul sembilan malam, Adam dan hawa menuju tempat yang hawa inginkan.
“Kelihatannya bintang akan membantu bulan menerangi malam ini untuk percakapan
kita berdua, hawa,” kataku kepadanya. “jika malam ini adalah bagian kita berdua
untuk dapat menikmatinya, saya mensyukurinya,” Hawa membalas. Lagi katanya,
“saya wanita, saya tidak ingin sembarangan menyukai pria. kamu selalu saja
mengganggu kehidupan saya, namun hal itu merubah pandangan saya terhadapmu. Kamu
adalah pria yang baik, jadi tidaklah salah jika saya menerima setiap gangguanmu
yang sebenarnya menyukakan hati saya”hawa berkata sambil pandanganya terarah
pada belakang rambut adam. Adam melambatkan kecepatannya. Diraih tangan kiri
hawa sejenak, dan melepaskannya sejenak pula. Katanya kepada hawa. “tanganmu
sungguh kasar, apakah kamu sering kali mencuci?.mengapa tak memakai sarung
tangan?”. Kata-kata yang Adam ucapkan terdengar manis ditelinga hawa, lebih
manis dari seribu ton “gulaku” yang akan dipasarkan di toko-toko terdekat. Tentulah perasaan yang hawa tutup selama
ini,terbuka lebar setelah merasa nyaman berada di dekat adam. Hawa berkata di
dalam hati, “pria yang tampan, hidung yang mancung, mata yang hitam, bahkan
alis yang tebal dimiliki oleh pria ini. tidak terlalu tinggi, tidak terlalu
pendek, dengan rambut yang lurus, dan hati yang tulus, dia selalu
menjengkelkanku”. Mendengar suara hati Hawa, Adam kembali mengingat keindahan
dan kecantikan hawa dan menyampaikannya lebih tenang. “Rambut yang terbelah
dua, lurus dan panjang dari kaki hingga kepala. alis yang tipis, bulu mata yang
habis, dan biji mata yang tenang. Lesung pipi yang terpaksa dibuat-buat, bahkan
hidung yang mungil, Oh sungguh indahnya arsitekur wanita ini. siapa yang
melepasnya sungguh beruntung! Siapa yang mendapatkannya lebih beruntung lagi”.