Rabu, 02 September 2015

Adam menjemput Hawa di depan asramanya (Episode 5)



            Setelah menurunkan Hawa tepat disisi jalan, separuh jiwa ini pergi (penggalang lirik lagu Anang.H). Harapan yang saya tabung selama masa kanak-kanak lenyap bagai kilat di atas awan. Sudahlah Kaka Feliks(untuk ke-2 kalinya Adam menyebut nama aslinya), jam sembilan malam kamu akan menjemputnya lagi. Kalian akan bertemu. Kalian akan bercerita. Kalian akan berbagi adonan kue. Jadi, lebih baik segera kembali dan siapkan dasi kupu-kupu untuk pertemuan nanti malam. Kemeja harus distrika dan diberi pengharum molto 200ml. Rp.5.000 didalam dompet cukup untuk makan malam kita berdua. Adam tidak boleh terlihat terlalu tampan. Adam harus biasa-biasa saja. nantinya tak ada kesempatan lagi bagi Hawa lain untuk mendekati Adam. Ada yang harus Adam bersihkan, sebongkel gula-gula karet yang merekat di bawah sepatu. mengenai ketek, rexona perlu dibilas di atas permukaannya. Hawa bisa keracunan jika lupa mengusapnya. kalau persiapan sudah matang, maka setiap manusia tak boleh lupa untuk berdoa. Malam ini Tuhan akan bersama dengan kita berdua, hawa. Tuhan akan merangkaikan kata cinta didalam pikiranku untukmu. Kamu akan mengalir di dalam sungaiku, dan kita akan menangkap ikan koki untuk sajian makan malam yang indah.
             Jika hari sudah petang sapi pulang ke kandang, saya turut dari belakang. Nah, inilah malam yang saya nantikan. Mari bertemu dan memanjakan mata. Mari bertemu dan bertukar kritik. Mari bertemu dan saling menunduk. Jam delapan lewat lima puluh malam saya menelpon Hawa.
Adam : selamat malam kupu-kupu kertas
Hawa : Selamat malam kunang-kunang tembaga
Adam : Seperti janjimu, saya harus menghubungimu jam sembilan malam
Hawa  :Ini adam? Ataukah Feliks?
Adam   : Saya feliks, yang menyamar sebagai adam.
Hawa  : Ouh, ya? Kali ini saya akan panggil Feliks saja. kamu sudah siap untuk menjemputku?
Adam   : tenang saja, Singa-singa sudah saya persiapkan tapi kuda kesayangan yang akan mengantarkan kita berdua.
Hawa   : sebelum jam dua belas malam saya sudah harus berada di asrama, feliks…
Adam   : Mengapa demikian?
Hawa   : Kamu tahu cerita cindirella dengan kereta kencana? Saya akan seperti itu nanti malam
Adam   : jangan bergurau kamu
Hawa   : percaya saja, saya tak mungkin berbohong, saya hanya tak ingin berkata jujur. Saya tunggu di depan gerbang asrama sekarang.
Adam   : Baiklah, sampai nanti. Selamat natal dan tahun baru.
Hawa   : Selamat Natal dan tahun baru juga.
Adam telah siap. Tak ada lagi yang dapat menghalangi perjalanan indah malam ini. Ruangan kosong Lab Zoology siap jadi tempat yang aman untuk mendoakan perjalanan Adam dan Hawa. Dengan kalimat yang tertuang, Adam mengungkapkan isi hatinya. “Ya Tuhan yang punya kehidupan ini, terima kasih untuk semua yang telah Engkau lakukan dalam setiap langkahku. Aku bersyukur karena Engkau telah mempertemukanku dengan wanita yang tidak hanya hamba impikan, namun wanita yang hampa khayalkan setiap hamba tidak sedang sibuk dengan penelitian ini. bagi pria lain dia mungkin adalah wanita yang biasa-biasa saja, namun bagi hamba dia adalah kesempurnaan yang melekatkan hamba denganMu. Malam ini dia yang mengajak hamba untuk bertemu. Dan hamba tak ingin gugup, bahkan gemetar bila melihat kecantikannya. Lindungilah kami berdua di dalam perjalanan ini. biar kami tiba dengan aman dan menikmati apa yang telah disediakan bagi kami. Dan malam ini, semoga dia dapat sedikit saja merasa nyaman dengan kehadiran hamba. Untukmu Ya Tuhan, Hamba berdoa. Amin”
Adam mengangkat kalung salib yang melingkar di lehernya, dan menciumnya sekali saja. Semoga Tuhan menyertai perjalananku bersama dia…
            Adam menunggangi kudanya menuju asrama milik hawa, dengan rasa berkobar-kobar adam melaju kencang seperti angin topan. Adam sungguh tampan, dan hawa tidak terlalu tampan. Hawa sungguh cantik, dan adam tidak terlalu cantik(bahasa yang aneh).
            “Selamat malam Putri Asrama, Selamat malam Putri(………..) kamu sungguh hawa yang saya cari.kamu sungguh cantik malam ini. Semoga di hari tua nanti kamu tetap secantik hari saat ini.Kalau sudah hampir jam dua belas malam, segera kabari saya. Saya tak ingin kamu pulang terburu-buru dan melupakan sepatu kacamu(adam memulai percakapan)”. “Adam, semoga malam ini saya berani berbicara sedikit mengenai cerita saya. Lambaikan tangan ke kamera jika kamu sudah tidak tahan dengan gangguan dari dunia lain”(hawa menyapa balik). Hawa naik tepat di belakang, dan adam menjalankan kudanya kembali. “mau pergi kemana kita?” (adam bertanya) “tidak jauh dari tempat yang tadi diberhentikan olehmu” (hawa menjawab).
            Kira-kira pukul sembilan malam, Adam dan hawa menuju tempat yang hawa inginkan. “Kelihatannya bintang akan membantu bulan menerangi malam ini untuk percakapan kita berdua, hawa,” kataku kepadanya. “jika malam ini adalah bagian kita berdua untuk dapat menikmatinya, saya mensyukurinya,” Hawa membalas. Lagi katanya, “saya wanita, saya tidak ingin sembarangan menyukai pria. kamu selalu saja mengganggu kehidupan saya, namun hal itu merubah pandangan saya terhadapmu. Kamu adalah pria yang baik, jadi tidaklah salah jika saya menerima setiap gangguanmu yang sebenarnya menyukakan hati saya”hawa berkata sambil pandanganya terarah pada belakang rambut adam. Adam melambatkan kecepatannya. Diraih tangan kiri hawa sejenak, dan melepaskannya sejenak pula. Katanya kepada hawa. “tanganmu sungguh kasar, apakah kamu sering kali mencuci?.mengapa tak memakai sarung tangan?”. Kata-kata yang Adam ucapkan terdengar manis ditelinga hawa, lebih manis dari seribu ton “gulaku” yang akan dipasarkan di toko-toko terdekat.  Tentulah perasaan yang hawa tutup selama ini,terbuka lebar setelah merasa nyaman berada di dekat adam. Hawa berkata di dalam hati, “pria yang tampan, hidung yang mancung, mata yang hitam, bahkan alis yang tebal dimiliki oleh pria ini. tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, dengan rambut yang lurus, dan hati yang tulus, dia selalu menjengkelkanku”. Mendengar suara hati Hawa, Adam kembali mengingat keindahan dan kecantikan hawa dan menyampaikannya lebih tenang. “Rambut yang terbelah dua, lurus dan panjang dari kaki hingga kepala. alis yang tipis, bulu mata yang habis, dan biji mata yang tenang. Lesung pipi yang terpaksa dibuat-buat, bahkan hidung yang mungil, Oh sungguh indahnya arsitekur wanita ini. siapa yang melepasnya sungguh beruntung! Siapa yang mendapatkannya lebih beruntung lagi”.

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...