Kamis, 19 Juli 2018

Pertemuan

Aku menginginkan suatu pertemuan, aku menunggu manakala matahari memanggil pagi ; aku
menunggu manakala bulan menyentuh malam. Tidak ada alasan lain selain dari pertemuan. Kau
menangis disana dalam penantian, dan aku kesepian disini dalam penderitaan. Aku hanya bisa
melihatmu dalam canda ini. Aku tidak bermaksud menyunguti keadaan yang sementara kita jalani,
namun kita ada dalam satu cobaan dan siksaan percintan yang berjarak. Siksa itu kemudian berlanjut
saat kita berdua punya waktu yang jarang dalam mengeluarkan kata dan kalimat lewat komunikasi, dan
siapa yang ingin berdalih dengan semua ini. Belum lagi ada pertengkaran yang sebenarnya tidak pantas
mengganggu waktu yang selalu berputar. Ketika aku tahu harus menulis apa, dan semua itu kembali
hilang dalam ingatanku. Jika orang lain tidak berani menulis gelisah hati mereka, maka aku
sesungguhnya senang untuk menjadikannya sebagai suatu kenangan dimasa depan. Sudah banyak
percintaan yang tidak bertahan, dan aku berharap itu tidak terjadi dengan hubungan ini. Aku berharap
tiada hal bodoh yang berujung pada perpisahan. Kamu mencintai aku, bukan? Ia, Kamu mencintai aku.
Aku mencintaimu, bukan? Ia aku juga mencintaimu. Aku jadi iri bila seekor lebah dengan mudah
mengisap madu, lalu awan hitam bergerak dan mencium tanah lewat hujan, dan aku? Dan kamu? Kita
tidak segampang itu seperti mereka.

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...