Beberapa
waktu berlalu begitu lambat, sehingga warna lampu lalu lintas pun tak berfungsi
sebagaimana mestinya. Kendaraan tidak lagi saling bertabrakan, namun bersenggol-senggolan.
Entah ada angin apa sehingga saya ingin
sekali menuju asrama si Hawa hari itu. Hanya ingin melewati saja(suara itu
bergumang di hidung ini). hmmmmmmmmmmmm
aroma keteknya,,, ayo segera lanjutkan hari baru dengan mencari wanita yang
saya mimpikan saat tidur siang di malam hari. Kubasahkan kuda kepangku di pagi
buta gelap gulita. Brssssshhhhh, kepala kuda kusiram dengan air es dari kutub
utara. Bangunlah kudaku, antarkan tuanmu ke depan pagar asrama hawa. Ayo
bangun, jangan tidur terlalu lama, jangan kalah dari kawanan semut.(ujarku
kepada kuda kesayangnku). Kudaku berlari kencang seperti genderang mau perang.
Dari jauh saya lihat wanita yang saya dambakan. Wanita itu lagi!!!Mengapa dia?
Mengapa bukan wanita tua dengan kebaya panjang? sungguh cantik dia hari itu.
antara langit dan bumi, dia itu seperti secuil
kecoa. Antara kucing dan tikus, dia itu kelereng yang berlumuran genangan air.
Apa lagi yang ingin saya lakukan terhadap dia? Apa lagi yang ingin saya
utarakan? Apa tidak ada wanita lain? Sudalah coba saja Feliks (mulai
memperkenalkan nama asli). embun pagi masih meneteskan minyak tanah, masih ada
kesempatan untuk memanah hatinya. Kudaku berhenti tepat didepan dia.
Adam :
“selamat pagi hawa, mau kemana kamu pagi ini?”.
Hawa : “Selamat
pagi Adam, saya ingin ke wayame”(jawabnya sopan, sambil sedikit membungkuk)
Adam : “untuk
apa kamu ke sana?”
Hawa : “
saya punya sedikit urusan dengan keuangan negara, maukah kamu mengatarkan saya?
Adam : “
Mengatarkanmu? Tentu saja saya tidak akan menolak. Kemanapun kamu pergi saya
akan antarkan, namun jangan lupa beri sedikit uang celengan.
tangan saya
gemetar, namun bukan gejala stroke. Badanpun ikut-ikutan bergoyang poco-poco.
Apa lagi yang wanita inginkan dari saya. Apa yang sedang terjadi. Apakah ini
mimpi? Ataukah ini benar-benar suatu kenyataan? “naiklah bersama saya di atas
kuda ini, mari saya antarkan sampai
tempat tujuan” (lanjut saya dengan kebingungan tak terbantahkan). Ternyata
benar, wanita itu naik keatas pundak kuda, dan meminta saya untuk
menjalankannya. Saya coba kemudikan kuda ini dengan pelan, sehingga mungkin
perjalanan ini dapat memakan waktu selama bertahun-tahun hingga kami berambut
putih secara bersama dalam perjalanan menuju wayame. “Terima kasih boleh datang
tepat waktu”…”ternyata kamu bukan hanya pria yang baik, kamu juga tampan” (hawa
menyampaikan keluh kesahnya) “bagaimana mungkin kamu bisa ada disaat yang saya
butuhkan?”. “ Benar apa yang pernah kamu ucapkan saat pertemuan kita waktu
itu.”(hawa terus berbicara hingga mulutnya berbusa, dan saya tak membalas
perkataanya). “katakanlah sesuatu adam, jangan diam saja”(hawa mendesak). “saya
masih bingung dengan hari ini, entah racun apa yang kamu minum hingga kamu
begitu ramah kepada saya” (adam mulai membuka mulutnya dan berkata kepada
hawa). “berbicara didepanmu saja sudah membuat saya merasa bahagia, apalagi
saya dapat mengantarmu”. Kami berdua sama-sama berdiam diri, dan ingin
melanjutkan apa-apa lagi. Mungkin saja hal ini karena aliran listrik telah
menggantikan tugas dari aliran darah didalam tubuh kami berdua
(hhhhhhhuuuuuuuuuu…..saya semakin bingung).
Sebuah
lokasi bernama kota jawa menampilkan keindahan sepenggal dari gumparan ombak
yang mencabik pesisir pantai. “Lihat di samping kirimu Hawa” keindahan laut
yang kita saksikan hari ini sama indahnya dengan dirimu”, “kamu adalah ombak
yang menggulung sel-sel hatiku”. Mendengar guman romantisku, hawa ingin muntah,
namun tidak terlaksana. Saya bengkokan kaca spion serentak, seolah mencari
wajah hawa. ” saya ingin mencarimu di dalam bayangan kaca ini, ternyata kamu
masih ada” (adam melanjutkan kekonyolannya). Senyuman hawa terbias oleh
pantulan sinar matahari yang masuk melalui medium B, dengan kecepatan kurang
dari ½ detik. Sungguh indah alam ini. sungguh ini ciptaan Tuhan. Sungguh berbahagia
bila nanti kamu jadi tulang belakang saya. Hawa menyuruh saya memberhentikan
hewan mamalia ini dengan tiba-tiba. “saya turun disini saja, sedikit lagi teman
saya akan datang” (hawa menyapa sopan). Hawa mengambil pena dan selembar daun
kelor untuk menuliskan nomor sepatunya.
“Ambilah ini, dan hubungi saya sebentar jam 9 malam”. “Kita berdua akan
pergi bersama”. “Saya ingin menceritakan sesuatu kepadamu, Adam”. Saya kena
serangan jantung, namun tidak menyiksa tubuh, jiwa dan roh. Ini bukan serangan
jantung biasa. Ini serangan jantung karena jatuh cinta berjuta rasanya. Apakah
yang akan terjadi dengan pertemuan Adam dan Hawa? Mari kita tunggu lanjutan
ceritanya…