Minggu, 30 Agustus 2015

Hawa mulai mempercayai perkataan Adam - Episode 4





Beberapa waktu berlalu begitu lambat, sehingga warna lampu lalu lintas pun tak berfungsi sebagaimana mestinya. Kendaraan tidak lagi saling bertabrakan, namun bersenggol-senggolan. Entah ada angin apa sehingga saya  ingin sekali menuju asrama si Hawa hari itu. Hanya ingin melewati saja(suara itu bergumang di hidung ini).  hmmmmmmmmmmmm aroma keteknya,,, ayo segera lanjutkan hari baru dengan mencari wanita yang saya mimpikan saat tidur siang di malam hari. Kubasahkan kuda kepangku di pagi buta gelap gulita. Brssssshhhhh, kepala kuda kusiram dengan air es dari kutub utara. Bangunlah kudaku, antarkan tuanmu ke depan pagar asrama hawa. Ayo bangun, jangan tidur terlalu lama, jangan kalah dari kawanan semut.(ujarku kepada kuda kesayangnku). Kudaku berlari kencang seperti genderang mau perang. Dari jauh saya lihat wanita yang saya dambakan. Wanita itu lagi!!!Mengapa dia? Mengapa bukan wanita tua dengan kebaya panjang? sungguh cantik dia hari itu. antara langit dan bumi, dia itu seperti  secuil kecoa. Antara kucing dan tikus, dia itu kelereng yang berlumuran genangan air. Apa lagi yang ingin saya lakukan terhadap dia? Apa lagi yang ingin saya utarakan? Apa tidak ada wanita lain? Sudalah coba saja Feliks (mulai memperkenalkan nama asli). embun pagi masih meneteskan minyak tanah, masih ada kesempatan untuk memanah hatinya. Kudaku berhenti tepat didepan dia.
Adam : “selamat pagi hawa, mau kemana kamu pagi ini?”.
Hawa : “Selamat pagi Adam, saya ingin ke wayame”(jawabnya sopan, sambil sedikit membungkuk)
Adam : “untuk apa kamu ke sana?”
Hawa : “ saya punya sedikit urusan dengan keuangan negara, maukah kamu mengatarkan saya?
Adam : “ Mengatarkanmu? Tentu saja saya tidak akan menolak. Kemanapun kamu pergi saya akan antarkan, namun jangan lupa beri sedikit uang celengan.
tangan saya gemetar, namun bukan gejala stroke. Badanpun ikut-ikutan bergoyang poco-poco. Apa lagi yang wanita inginkan dari saya. Apa yang sedang terjadi. Apakah ini mimpi? Ataukah ini benar-benar suatu kenyataan? “naiklah bersama saya di atas kuda ini,  mari saya antarkan sampai tempat tujuan” (lanjut saya dengan kebingungan tak terbantahkan). Ternyata benar, wanita itu naik keatas pundak kuda, dan meminta saya untuk menjalankannya. Saya coba kemudikan kuda ini dengan pelan, sehingga mungkin perjalanan ini dapat memakan waktu selama bertahun-tahun hingga kami berambut putih secara bersama dalam perjalanan menuju wayame. “Terima kasih boleh datang tepat waktu”…”ternyata kamu bukan hanya pria yang baik, kamu juga tampan” (hawa menyampaikan keluh kesahnya) “bagaimana mungkin kamu bisa ada disaat yang saya butuhkan?”. “ Benar apa yang pernah kamu ucapkan saat pertemuan kita waktu itu.”(hawa terus berbicara hingga mulutnya berbusa, dan saya tak membalas perkataanya). “katakanlah sesuatu adam, jangan diam saja”(hawa mendesak). “saya masih bingung dengan hari ini, entah racun apa yang kamu minum hingga kamu begitu ramah kepada saya” (adam mulai membuka mulutnya dan berkata kepada hawa). “berbicara didepanmu saja sudah membuat saya merasa bahagia, apalagi saya dapat mengantarmu”. Kami berdua sama-sama berdiam diri, dan ingin melanjutkan apa-apa lagi. Mungkin saja hal ini karena aliran listrik telah menggantikan tugas dari aliran darah didalam tubuh kami berdua (hhhhhhhuuuuuuuuuu…..saya semakin bingung).
            Sebuah lokasi bernama kota jawa menampilkan keindahan sepenggal dari gumparan ombak yang mencabik pesisir pantai. “Lihat di samping kirimu Hawa” keindahan laut yang kita saksikan hari ini sama indahnya dengan dirimu”, “kamu adalah ombak yang menggulung sel-sel hatiku”. Mendengar guman romantisku, hawa ingin muntah, namun tidak terlaksana. Saya bengkokan kaca spion serentak, seolah mencari wajah hawa. ” saya ingin mencarimu di dalam bayangan kaca ini, ternyata kamu masih ada” (adam melanjutkan kekonyolannya). Senyuman hawa terbias oleh pantulan sinar matahari yang masuk melalui medium B, dengan kecepatan kurang dari ½ detik. Sungguh indah alam ini. sungguh ini ciptaan Tuhan. Sungguh berbahagia bila nanti kamu jadi tulang belakang saya. Hawa menyuruh saya memberhentikan hewan mamalia ini dengan tiba-tiba. “saya turun disini saja, sedikit lagi teman saya akan datang” (hawa menyapa sopan). Hawa mengambil pena dan selembar daun kelor untuk menuliskan nomor sepatunya.  “Ambilah ini, dan hubungi saya sebentar jam 9 malam”. “Kita berdua akan pergi bersama”. “Saya ingin menceritakan sesuatu kepadamu, Adam”. Saya kena serangan jantung, namun tidak menyiksa tubuh, jiwa dan roh. Ini bukan serangan jantung biasa. Ini serangan jantung karena jatuh cinta berjuta rasanya. Apakah yang akan terjadi dengan pertemuan Adam dan Hawa? Mari kita tunggu lanjutan ceritanya…



Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...