Air
asin adalah air yang kadar garamnya melewati rasa asin segumpal garam yang ada
di tempat persediaan bumbu masakmu. Air laut menjadi asin diakibatkan karena
hujan yang membawa garam-garam mineral dari daratan bercampur menjadi satu,
itulah Indonesia. Cerita kali ini mengenai sekelompok anak manusia yang
mengambil air asin untuk kebutuhan penelitian bagi seorang dari anggota bio’fun
2010. Ketika sedang melakukan tugas masing-masing. Datanglah seorang Jeng
kusuma dewi bernama Ramly.
Ramly : Ketua eeeeeeeeeee, bantu ta dolo
(bahasa alaynya jeng)
Saya : bagemana tu, kawan?
Ramly : bilang tamang-tamang,,, batamang
ta pigi ambil air asin di laha for penelitian do.
Saya : Ouh
yo, tunggu beta lupa dolo baru beta bilang yang lain.
Segera
saya siapkan pasukan kuda cungkring untuk bersiap-siap. Saya membagi-bagikan
angpao sebagai jaminan untuk perjalan. Kami bersalam-salaman, dan saling
bertukar kado. Air mata bercipratan diwajah kami. Mereka ini adalah orang-orang
hebat,,, saat makanan dibeli, dan kamu terlalu asik dengan kesibukanmu. Mereka
akan meninggalkan plastik pembungkus makanan, sisa kenikmatan, dan kentut
diwajahmu, sambil berkata “makanya kalo orang panggel for makang itu datang”(selalu
seperti itu). mereka selalu ada saat kita berada di dalam kesusahan. Mereka
siap siaga. Siap antar jaga. Semua ini mereka lakukan semata-mata karena mereka
kasihan dengan tangisan dan rengekan suara Jeng Ramly, di bawah ketika mereka.
Jadi,
kami menyiapkan 4 kuda untuk perjalanan dari kampus ke Laha. Nanti sampai di
laha (Bandara Pattimura) kami akan berangkat dengan pesawat ke tulisan Welcome
Hatu, dan tulisan comeback Batu lubang. Sesampainya di laut, kukabarkan
semuanya. Kepada ombak, kepada angin, kepada matahari(penggalang lirik lagu
Ebiet.G.).kuda pertama ditungangi oleh Jeng(si pria dengan lambaian tangan
gemulai) dengan anak kecil jenius bernama Toni. Kuda kedua, Babe(mahasiswa yang
baru-baru hadir) bersama Hendro (kue bakpao kalona pochi perut buncit). Kuda ketiga,
Eten (pria paling suci dan suka memberi ajaran baik) bersama dengan Ian (si
manusia tatakan rambut seumur hidup). Dan Kuda keempat, saya (ketua becek yang
meninggalkan wanita hanya karena persahabatan), bersama rendi (manusia yang
paling sering menyampaikan kata-kata mutiara).
Jika
kuda dan penungganya telah siap,maka pertempuran harus dilaksnakan. Mendaki
gunung, lewati lembah, menghindar dari angin ribut, terlewati sudah. Tibalah
kami semua dengan cerigen yang kosong ke bibir pantai laha. Pemandanganya
indah. Sapi-sapinya juga indah. Kotoran sapinya menghiasi area rumput disekitarnya.hmmmmmmmm,,,,
wangi sekali. Satu tusuk kotoran sapi harganya brapa ya???? Mungkin agak mahal,
di musim hujan seperti ini. Menurut mamalia ini “Tak ada kloset, rumputpun terasa
berarti”. “Ini alam kami, kalian bebas, kamipun demikian”. Selanjutnya bagi
Ferbrian Fernando, ini tempat adalah tempat paling berrrrrrrrrrrrrkesan untuk melepaskan
air seninya. Bodoh amat, yang penting ngrocossssss…
Pertanyaan
pun timbul dalam kamus ini, Mengapa harus air asin laha? Mengapa bukan ditempat
lain?... beberapa alasan pun bermunculan di otak ini Karena air asin laha
adalah air asin yang berasal dari negeri laha?(salah). karena air asin laha
adalah air asin yang telah disetujui untuk penelitian?(hampir betul). Karena
air asin laha rasanya seperti pulpy orange?(sedikit lagi). Karena air asin laha
adalah air asin yang diciptkan Tuhan(tepat sekali jawaban anda). 6 ekor cerigen
diturunkan untuk meminang air asin yang
telah bersorak riang. Jeng, Ian, dan saya bertugas mengambil air, dan para
alien lain bertugas sebagai pengawas alami tepi laut. “ayo semangat, jangan
biarkan air laut membasahi celana kalian”. Ayo gulung kaki tangan juga(“seru
mereka dengan lantang”). Berulang kami menawarkan hempasan ombak untuk
berdamai. “kami disini hanya untuk mengambil air” “kami tidak meminta yang
lain””jangan basahi kami seperti kalian membasahi pesisir pantai ini”. Namun
ombak bukanlah teman yang bisa dikompromi. Jadi kami tetap melanjutkan
pekerjaan mengisi air asin ke dalam masing-masing galon hingga penuh.letih dan
dahaga terbayang di pikiran ini, ayo segera pulang biar bisa beristirahat. “tumpahkan
semua air asin itu kembali, nanti ambil air asin di daerah batu lubang saja
”(kata mereka dengan penuh kebahagiaan)… si jenius konyol menumpahkan air di
gen yang pertama, dan yang lain mengikuti. Saya tidak,,,I’m not… sudah
cape-cape mengambil, harus dibuang begitu saja???, ouh tidak. Gen saya tetap
utuh dengan air asin laha, penutup botol sudah dirapatkan sekali, dan hanya
akan dibuka nanti di Lab Zoologi. Perjalanan dilanjutkan kembali ke lokasi
berbeda, “Batu lubang”. Let’s go “kuda cungkring” … cambukan keras dibadan kuda,
memulai perjalan selanjutnya… mari mencari lokasi lagi. Mari melihat alam lain
lagi. Mari mencari kios kecil untuk
membeli karet gelang. Mari membeli sedikit makanan. Semua lapar, namun tak
ingin terkapar. Semua terkapar, namun tak ingin terdampar.