Senin, 10 Agustus 2015

Episode 3... Saya harus dapat mengajaknya ke suatu tempat. Setelah itu saya tidak akan mengganggunya lagi.



            Rasanya belum puas hari itu. Hanya dapat berbicara sepotong kalimat saja kepada dia. lain kali tak boleh dibiarkan pergi begitu saja. Lain kali harus pamit dulu. Mulai dengan mencium tangan, menunduk, serta meminta doa restu baru dibiarkan pergi. Saya tak ingin lagi basa-basi. Saya hanya perlu berbicara sedikit saja. Bukan berbicara mengenai isi hati,atau tentang ulu hati saya. Saya harus bicara terang-terangan.
 Tak boleh gelap-gelapan. Nenek bilang itu berbahaya. Pikir saya, setiap pria punya cara yang berbeda untuk dapat membuat seseorang merasa nyaman dengannya. jika cara itu adalah cara yang benar, maka nilainya dapat ditentukan sebagai nilai yang real. Seluruh bagian mulut terasa haus. Adakah sebotol aqua untuk  dapat menyegarkan tenggorokan ini,? tentu ada. Tahan diri sejenak sambil menikmati pemandangan kampus dulu. Ouh, iya!!! ada tempat minuman di depan kampus, saya mau coba tunggangi kuda saya kesana. Apa rencana kali ini?ckkkkckc… saya bertanya di dalam hati. apa gunannya mengejar wanita itu terus menenrus. Mungkin saja dia tidak menyukaimu. Mungkin saja dia sudah punya cemewew yang lain.  Saya tidak ingin bertanya lagi. Nanti biarkan terjadi saja.(sambil terus menuju tempat membeli minuman).
Saya     : Selamat pagi bu, saya mau beli sebotol aqua…
Penjual : saya Bapak!!!bukan Ibu.
Saya     : Ouh, iya pa, saya minta maaf. saya beli Aqua panas satu botol.
Penjual :yang panas habis dek, yang adem saja.
Saya     : Yang adem saja, Pa. berapa harganya?.
Penjual : Rp.4.000 dek,,
Saya     :Tapi uang saya cuma Rp.2.000,,
Penjual : Tidak apa-apa dek, saya ihklas. Saya tahu anda sedang kesusahan.
Saya     : terima kasih Bu.
Penjual : saya Bapak, bukan Ibu.
Saya     :sekali lagi maaf, saya permisi, selamat pagi.
Sambil menikmati nikmatnya aqua, saya duduk sembari segarkan tenggorokan dan pikiran “terima kasih Tuhan, sebotol aqua ini nikmatnya selangit”. Kemudian lelaki bernama adam itu segera pergi ke fakultasnya, namun tidak melalui jalur yang biasa. “Saya harus lewat fakultasnya, bisa saja dia sedang tidak kuliah”. “Mungkin saja” harap adam didalam hati. perkiraan adam tepat. Hawa sedang duduk bersama teman-temannya di sebuah rumah baca. Hawa sedang memakai gaun putih panjang, dan mahkota kecil di kepalannya. “apa yang wanita itu lakukan dengan pakaian seperti itu?”.  “Kecantikannya kulihat beberapa menit, namun rasanya seperti berjam-jam”. Hawa sungguh cantik.  Namanya cantik sesuai kecantikannya. Apa yang harus saya lakukan. Saya jadi bingung. Saya terus memandangi dia. Saya takkan bisa melupakan pertama kali kita bertemu. Rasanya jantung ini tidak berada didalam tubuh. Seakan-akan menghilang sekejap, dan kembali lagi dengan detakannya. Sebelum saya keluar dari kampus ini. Saya harus dapat mengajaknya ke suatu tempat. Setelah itu saya tidak akan mengganggunya lagi.

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...