Minggu, 09 Juli 2017

Waktu Tuhan bukan waktu kita

Hari ini kita bisa berperan sebagai apa saja...
Hari ini pula kita bisa menjadi apa saja... menjadi baik, semakin baik...menjadi buruk, semakin lebih buruk, tergantung kita yang mengeksekusinya. Perbedaan mendasar antara saya dan kamu dimata Tuhan adalah satu, yaitu "keputuasan" yang kita ambil. Tidak ada hal lain yang Ia pandang selain daripada mendengar suara-Nya, atau bermain-main dengan suara si penipu. Agh...omong kosong, kamu hanya bicara seakan-akan kamu berada diposisi kami. Kamu tidak mengerti.
Tidak...maksud saya bukanlah untuk mempersulit kalian, namun belajarlah peka terhadap suara Tuhan. Kelihatan apa yang kita perankan adalah baik, namun belum tentu searah dengan apa yang Tuhan kehendaki. Kita memang adalah darah dari adam dan hawa, namun kita patut membuat jalan yang lebih baik. Sekali jatuh, dua kali bangun, tiga kali mati, tujuh kali bangkit. Perjuangan untuk memainkan satu peran, lebih baik daripada bermain dengan banyak peran namun tidak berdampak. Kita perlu berubah. Kita perlu berbuah. Kita tidak bisa terus menerus mempermaikan kematian suci dengan anggapan yang sepele.
Sebelum kita berjalan dalam kegelapan, bukankah tiang-tiang pengingat sudah berdiri disetiap sisi jalan. Bukankah seribu suara selalu memperingati. Lalu? mengapa orang lain cenderung mendengar, dan kita tidak? Apakah Tuhan pilih kasih? Ataukah kita yang bermain dengan listrik yang terbuka lebar.
Mari pulanglah,
Mari kembalilah,,,
Berhentilah bersandiwara kepada Tuhan.
Karena waktu-Nya bukan waktu kita.

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...