Kamis, 17 November 2016

Menangislah kepada Tuhan

Mengapa menjadi asing lalu menangis sepanjang waktu...
Pohon-pohon tak mendengarmu...
Mereka sibuk merampas air dan garam-garam mineral dari dalam tanah. Burung-burung habiskan hari dengan melihat ketinggian surga. Laut menggulung dan menghantam pesisir bebatuan yang tak bertulang. Bulan dan matahari datang cepat-cepat dan pergi tanpa meminta persetujuan para petani. Suaramu yang hampir lenyap jadi santapan angin puting beliung. Manusia? Harapkah kau pada manusia... jangan... telinga mereka normal dan utuh, namun pendengaran mereka tak berbelas kasihan. Sekali ...mungkin sekali didengar... selanjutnya...selanjutnya hanya keinginan untuk menanti tetes air matamu yang begitu berharga. Manusia lain sementara merana dengan beban mereka. Dan mereka tidur nyeyak. Dan mereka melupakan kehancuranmu.
Lalu,... siapakah yang mau setia menerima deritamu? yang sabar memikul kentalnya sakit hatimu?

Kuharap kamu pergi mencari Tuhan...
Jangan bertolak ego...
Jangan meninggi diri tanpa rasa hormat kepada pencipta...

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...