Rabu, 20 Juni 2018

Dalam diam

Hampir sebulan lalu saya dan rekan-rekan melakukan aksi kebaikan yang murni berasal dari
keprihatinan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kami bergerak dengan cara diam, dan dalam
kediaman itu kami melakukan apa yang Tuhan ajarkan. Dalam perbincangan setelah selesai ibadah,
gagasan yang diucapkan oleh Kaka Ria menjadi ajakan yang serius untuk ditanggapi, manakala uang-
uang yang biasanya dipakai sesuka hati, kini bisa menjadi berkat bagi saudara-saudari yang hidupnya
tidak bahagia. Ini adalah grup baru, grup yang bergerak dengan mengumpulkan uang pribadi dan
kemudian dipakai untuk membelanjakan sembako (barang konsumsi perut), lalu diserahkan kepada
mereka yang akan kami tolong.
Anggota kelompok kami adalah sebagai berikut, Kaka Ria (penggagas), Kaka Ipi (Pacarnya
Penggagas), Ayu, Ances, Inggrid, Debi, Ando, Salomo (Bukan anak dari Raja Daud), Kaka Taufik, dan saya
(nama tidak disebutkan). Kami mencari waktu yang tepat dan mulai membelanjakan sembako sesuai
dengan uang yang telah dikumpulkan, lalu membuatnya dalam beberapa paket : satu orang per satu
paket. Setelah semua paket selesai dikerjakan, mulailah kami bergerak dan mengintari kota untuk
menemukan target yang telah kami perbincangkan sebelumnya. Dalam target kami yang pertama,
tukang becaklah yang menjadi keprihatinan untuk kami tolong. Diantara banyaknya pengayuh becak,
ada pengayuh becak yang usianya sangat memperihatinkan, tetapi memiliki semangat yang besar untuk
tetap bekerja. Inilah yang kami sebutkan dengan target utama. Menemukan mereka memang tidaklah
mudah, namun nurani kebaikan akan menuntun kami kepada target yang diharapkan. Malam yang
dingin, tanpa matahari dan cahaya yang mengkilau membuat kami semakin sulit menemukan mereka, tapi Tuhanlah
yang memberi petunjuk itu. Syukur kami yang besar bahwa, kami dapat berbagi walaupun tidak banyak.
Ini bukan bahan konsumsi publik yang harus disebarkan, mengingat kebaikan itu harus terjadi dalam
mulut yang rapat, dan bahu yang direndahkan. Senang sekali ketika pemuda-pemudi di era modern ini
masih mengarahkan pandangan bagi yang berkesusahan. Ingin menangis saja bersama kesedihan
mereka, ingin tenggelam saja dalam ketidakberdayaan mereka. Untuk malam itu, dan malam-malam
selanjutnya yang sudah diagendakan, biaralah Tuhan selalu bersama dengan kami. Tuhan memberkati
kami untuk menjadi berkat bagi yang berkesusahan.

Hari Selanjutnya

 Pada hela nafasmu, namamu berdesis pelan, Ucy, di ruang sanubari terpatri teguh dan kelan. Senyummu mentari pagi, hangatkan jiwa yang beku,...